Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bagaimana Kita Tahu Surplus Kalau Datanya Tidak Benar?"

Kompas.com - 28/11/2015, 14:25 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru besar pertanian dari Universitas Lampung, Bustanul Arifin, menyadari ada perbedaan pandangan antara akademisi dengan birokrasi, terkait validitas data pangan.

Bustanul bilang, data pangan yang akurat sangat penting bagi akademisi dan peneliti sebagai dasar analisa dan berfikir ilmiah.

Dia berharap masyarakat juga sensitif terhadap logika yang ilmiah. Sebaliknya, dia tidak menyalahkan apabila birokrasi cenderung menunjukkan data pangan yang positif, demi melindungi kepentingan tertentu.

Saat ditanya mengenai pernyataan Menteri Pertanian Amran Sulaiman untuk tidak membesar-besarkan validitas data pangan, Bustanul hanya tertawa. (Baca: Data Pangan Tak Akurat, Mentan Minta Tak Dibesar-besarkan)

"Ha-ha-ha... Saya enggak hadir ke Nusa Dua (IPOC 2015). Sebetulnya bagaimana kita bisa tahu kalau itu surplus jika datanya enggak benar? Kan bisa dibalik lagi dari pernyataan itu," ucap Bustanul ditemui usai diskusi di bilangan Menteng, Jakarta, Sabtu (28/11/2015).

Di sela-sela agenda IPOC 2015, Amran Sulaiman meminta agar persoalan validitas data pangan tidak dibesar-besarkan. Dia bilang, yang penting dalam setahun pertama pemerintahan ini tidak ada impor beras.

Sebagai pengguna data yang dirilis oleh instansi pemerintah dalam hal ini Badan Pusat Statistik (BPS), Bustanul berharap ada perbaikan dalam hal metode pengumpulan data.

Dia pun mempertanyakan, apabila data pangan yang ada saat ini akurat, bagaimana mungkin pemerintah memutuskan impor beras sementara di laporannya terjadi surplus sebagaimana disebut dalam ARAM II.

"Bagaimana mungkin kita bisa percaya pada data, jika laporan surplus, tapi kita masih impor? Jadi as simple as that," ucap dia.

Bustanul mengatakan, bahkan lantaran validitas data yang masih dipertanyakan ini, para pelaku usaha malah menjadikan data-data dari lembaga asing sebagai dasar pengambilan keputusan.

Misalnya, data dari Food and Agriculture Organization (FAO) atau dari United States Department of Agriculture (USDA).

"Tapi anyway, poin saya bukan soal surplus atau tidak. Yang penting bagi saya, petani sejahtera. Memang ada yang berbeda bagi akademisi dan birokrasi. Kalau bagi kami, datalah yang sentral," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com