Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan 61.000 ABK Indonesia Diperbudak di Perairan Selandia Baru, Susi Hubungi Dubes

Kompas.com - 30/11/2015, 12:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti telah meminta Duta Besar Selandia Baru untuk mendorong pemerintahnya mengeluarkan kebijakan yang bisa melindungi tenaga kerja Indonesia.

Hal itu dilatarbelakangi, terdapat 61.000 anak buah kapal (ABK) yang diduga diperbudak di kapal eks asing yang beroperasi di perairan Selandia Baru.

“Mereka kerja di perairan Selandia Baru. Bukan di kapal mereka, tetapi kapal-kapal milik Korea dan Taiwan. Saya sudah menghubungi Duta Besar Selandia Baru,” kata Susi di Jakarta, Senin (30/11/2015).

Susi menyampaikan, diduga ABK yang dipekerjakan kapal Korea dan Taiwan itu mengalami perbudakan. Alasan kuat, lanjut Susi, para ABK mendapat perlakuan yang sangat tidak manusiawi.

Atas laporan Susi, pihak Selandia Baru menyatakan akan melakukan langkah proteksi. Pemerintah Selandia Baru dalam waktu dekat akan mengeluarkan kebijakan, mewajibkan kapal charter eks asing di sana agar teregistrasi di otoritas.

“Itu adalah salah satu proteksi yang akan diperoleh warga negara Indonesia kita,”  kata Susi.

Dia mengatakan, praktik penangkapan ikan ilegal atau IUU fishing tidak hanya merupakan kejahatan dalam hal pencurian ikan. Di dalamnya, ada kriminalitas lain seperti perbudakan, perdagangan manusia, sampai penyelundupan.

Atas dasar itulah mengapa bisnis perikanan ini sangat dekat dengan perlindungan hak azasi manusia (HAM).

Susi berharap, negara-negara kepulauan lain bisa berkaca dari kasus Benjina di Indonesia yang nyata-nyata melanggar HAM lantaran terjadi tindak perbudakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Work Smart
BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Spend Smart
SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

Whats New
Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com