Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Freeport dan Tabiat "Safari" Perusahaan Tambang Asing

Kompas.com - 02/12/2015, 08:17 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mencuatnya isu pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden ke permukaan tak hanya membuka bobrok mentalitas elite politik dan permainan lihai pengusaha nakal.

Secara tak langsung, isu pencatutan juga membuka tabiat-tabiat perusahaan tambang asing di Indonesia.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengungkapkan tabiat perusahaan asing di hadapan Komisi VII DPR RI, Selasa (1/12/2015).

Tabiat yang diungkap Sudirman bahwa perusahaan-perusahaan asing, dalam hal ini Freeport Indonesia, sudah biasa melakukan "safari" ke berbagai pimpinan partai, tokoh-tokoh berpengaruh, hingga lembaga besar negara.

"Kalau melihat pertemuan saya dengan pemimpin Freeport (Freeport Mcmoran, James Moffett) November 2014, 'Pak Moffet dan seluruh pimpinan Freeport saya minta, saya tahu Anda sudah lama di sini dan network-nya banyak,'" ujar Sudirman menceritakan pertemuan dengan James Moffett.

Mantan Dirut Pindad itu meminta Freeport untuk tak lagi memandang Indonesia sebelah mata seperti 30-40 tahun silam.

Saat itu, tutur Sudirman, Indonesia memang kekurangan ahli-ahli tambang. Namun, saat ini, ceritanya sudah berbeda. (Baca juga: Kasus Freeport dan Kepastian Investasi)

Berdasarkan dokumen masa silam, kata Sudirman, perusahaan tambang terbesar di Indonesia itu selalu melakukan aksi berkeliling ke elite-elite politik nasional. Biasanya, hal itu dilakukan sebelum kontrak tambang habis.

"Saya bilang, 'Saya tidak ingin Anda (Freeport) berkeliling ke teman-teman politik untuk menekan saya. This is not going to work. Saya ingin kajian profesional. Jika bertemu siapa pun, seolah akan memengaruhi, ini sesuatu yang salah.' Mengapa saya sampaikan itu, kalau melihat dokumen, itulah yang terjadi selama ini," tutur Sudirman.

"Safari" politik Freeport itu kerap digunakan untuk menekan atau memengaruhi pejabat. Parahnya, bak gayung bersambut, ada saja segelintir elite politik ikut-ikutan jadi pemburu rente, entah minta bagian saham atau proyek. (Baca juga: Tak Kunjung Tawarkan Divestasi, Freeport Terancam Dinyatakan "Default")

Menyadari tanggung jawab membersihkan para pemburu rente di sekitar tambang, Sudirman meminta Freeport membuat laporan berkala terkait pada pertemuan apa pun, dengan siapa pun, khususnya dengan elite-elite politik. 

Dalam perjalanannya, Sudirman mengaku sering mendapatkan informasi setiap kali Freeport melakukan "safari". Rupanya, selain bertemu pimpinan lembaga negara, Freeport juga kerap mendatangi pimpinan partai-partai politik.

Setiap poin pembicaraan pertemuan itu disampaikan kepada Sudirman. Sayang, Menteri ESDM tak mengungkap identitas tokoh-tokoh yang ditemui Freeport dalam rangka kegiatan "keliling" itu.

"Sampai di satu titik, pimpinan Freeport diminta bertemu Ketua DPR. Pak Maroef agak kebingungan. Nah, untuk membuat pertemuan lebih elegan, akhirnya mereka menulis surat, bertemu DPD, MPR, dan DPR sekaligus. Ini forum perkenalan pimpinan Freeport ke institusi politik," kata Sudirman.

Khusus dengan DPR, pertemuan yang sejatinya untuk pimpinan DPR dan pimpinan Freeport dikondisikan agar pertemuan itu hanya dihadiri segelintir orang, yakni Ketua DPR RI Setya Novanto dan Direktur Utama Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin serta seorang pengusaha bernama Riza Chalid.

Baca juga: Sudirman Said Blakblakan soal Freeport dan Petral

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com