Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi Ingin Investor Rusia Makin Banyak di Indonesia

Kompas.com - 04/12/2015, 11:11 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ingin semakin banyak investor dari Rusia yang menanamkan modalnya di Indonesia mulai dari sektor kelautan dan perikanan hingga sektor pariwisata yang banyak potensinya.

"Indonesia adalah tempat terbaik investasi. Saya melihat, Indonesia dan Rusia akan menjadi partner bisnis yang baik," kata Susi Pudjiastuti dalam keterangannya, Kamis (3/12/2015).

Untuk itu, Susi dalam pertemuan dengan Dewan Bisnis Rusia-Indonesia di Jakarta, Rabu (2/12/2015), juga meminta kepada pihak Rusia guna memberikan masukan yang diinginkannya.

Selain itu, Susi juga meminta masukan mengenai beragam permasalahan serta kesulitan dalam menjalankan investasi di Indonesia.

Dengan adanya masukan tersebut, pihaknya bisa memberikan koreksi, termasuk menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015.

"Kami tak mau terlambat, apalagi menjelang MEA. Kami sangat welcome dengan investasi apa pun," katanya.

Susi melihat adanya peluang di sektor pariwisata karena adanya konflik antara Rusia dengan sejumlah negara lainnya.

Selain itu, dalam bidang perikanan, Susi juga berencana mengundang perusahaan Rusia ke Indonesia dalam rangka membangun pabrik pengolahan ikan di sini.

Presiden Joko Widodo menunjuk sejumlah menteri untuk bertugas menjaring investasi dari negara lain, dan Susi Pudjiastuti didaulat sebagai menteri penghubung sekaligus penanggung jawab terhadap investasi dua negara yaitu Rusia dan Amerika Serikat.

Sebelumnya, perusahaan yang menangani masalah nuklir di Rusia, Rosatom, menyatakan siap berinvestasi di Indonesia sekaligus menjadi penampung limbah radioaktif, jika Indonesia siap membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Hal itu diungkapkan Direktur Pengembangan Bisnis Rosatom Dr Anna Kudryatseva kepada Delegasi Komisi VII DPR RI yang dipimpin Tamsil Linrung seperti dikuti dalam siaran pers KBRI Moskow seperti dikutip Antara London, Selasa (17/11/2015).

Tamsil Linrung yang didampingi beberapa anggota Komisi VII dan pejabat KBRI Moskow menjelaskan kebutuhan energi Indonesia diproyeksikan meningkat hingga tahun 2019, namun alternatif penggunaan nuklir untuk pembangkit listrik masih memerlukan keputusan politik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com