Hal ini disebabkan masih terjadinya perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dan fluktuasi pasar modal Tanah Air.
Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim menjelaskan, penurunan hasil investasi ini disebabkan karena pelaku industri asuransi jiwa melakukan antisipasi.
Caranya adalah dengan menempatkan investasi pada instrumen yang dianggap lebih aman.
Adapun reksadana masih menjadi portofolio investasi yang paling diminati. Meskipun demikian, pada kuartal III 2015 tren investasi juga tampak bergerak ke produk-produk lainnya, seperti deposito dan properti yang memiliki tingkat risiko lebih kecil.
"Investasi pindah dari banyak di saham sekarang ke reksadana dan deposito. Ini adalah dua tempat yang risikonya bisa agak terkontrol dalam kondisi seperti sekarang ini," kata Hendrisman di Jakarta, Senin (14/12/2015).
Hendrisman berharap kinerja saham dan pasar modal akan membaik pada kuartal pertama 2016. Sehingga, apabila kinerja saham membaik, maka penempatan investasi industri asuransi jiwa akan kembali ke kondisi di mana saham merupakan portofolio dengan porsi terbesar.
Meskipun demikian, berdasarkan laporan AAJI, jumlah investasi yang dicatatkan industri asuransi meningkat 5 persen dari Rp 292,61 triliun menjadi Rp 307,29 triliun pada kuartal III-2015.
Peningkatan jumlah investasi tersebut mendorong peningkatan total aset industri sebesar 5,2 persen menjadi Rp 355,37 triliun dibandingkan Rp 337,64 triliun pada periode sama tahun lalu.
"Pertumbuhan jumlah investasi ini menunjukkan optimisme industri asuransi jiwa terhadap potensi perbaikan pasar saham dan strategi pemerintah yang dipercaya akan memberikan ruang bagi industri asuransi jiwa untuk memperbaiki hasil investasi ke depan," imbuh Hendrisman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.