Padahal pada Oktober masih surplus 1,01 miliar dollar AS.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa defisit tersebut disebabkan harga-harga komoditas ekspor yang memang terus menurun dan adanya permintaan impor bahan baku sebagai tanda bergeraknya ekonomi.
"Ini juga tercermin di harga-harga. Akhir-akhir ini harga-harga seperti harga mineral makin turun. Berarti klo kita ekspor jumlah yang sama nilainya turun," ujar Kalla di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (15/12/2015).
Di sisi lain, ucap dia, impor bahan baku cukup mendominasi nilai impor. Meski demikian, defisit yang terjadi merupakan pertanda industri nasional bergerak.
"Artinya industri berjalan. Karena itu yang diimpor itu sebagian besar barang baku. Itu juga akibat industri kembali tumbuh sehingga impor bahan bakunya naik," kata Wapres.
Di tempat terpisah, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan hal yang kurang lebih sama dengan Kalla.
Defisit perdagangan disebabkan karena kegiatan ekonomi mulai bergerak seiring dengan stimulus pemerintah.
Meski begitu dia menugakui bahwa basis industri RI belum cukup memadai untuk menggenjot kinerja ekspor. Hanya beberapa industri yang dia nilai bisa memanfaatkan kondisi ekonomi saat ini, seperti industri alas kaki, dan industri alat transportasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.