Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Darmin Nasution soal Pajak dan Dimarahi DPR...

Kompas.com - 20/12/2015, 22:47 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, tidak menolak adanya rencana kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). Namun, bagi Darmin, pertama kali yang perlu dilakukan Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan adalah melakukan pembenahan administrasi perpajakan, salah satunya melalui sistem informasi untuk pemeriksaan pajak.

Mantan Direktur Jenderal Pajak itu pun menceritakan upaya pembenahan administrasi perpajakan, yang sayangnya harus gagal lantaran tidak mendapat restu DPR RI.

"Saya bekas Dirjen Pajak, yang dalam satu hal rasanya saya berhasil. Tapi saya tidak pernah bisa membuat IT untuk pemeriksaan," kata Darmin mengawali kisahnya, saat berbincang dengan wartawan di Tangerang, Banten, Kamis (17/12/2015).

Pada waktu itu, segala cara sudah dicoba, sampai akhirnya Darmin membangun sebuah kerjasama dengan Bank Dunia.

"Akhirnya bisa dibawa ke DPR, dan dimaki-maki, kenapa urusan penerimaan saja harus pakai Bank Dunia?" kenang Darmin.

"Kalau pakai Bank Dunia sudah dapat. Akhirnya gagal lagi, karena apa? Dibubarkan ama mereka (DPR) itu perjanjian (DJP-Bank Dunia)," sesal Darmin.

Sementara itu, diakui Darmin, yang paling bermasalah di perpajakan adalah soal pemeriksaan.

"Di pemeriksaan itu, kalau enggak ketangkap basah, enggak bakal ketahuan korupsi. Kenapa? Wong belum menjadi penerimaan (negara), dia (aparat) sudah terima (duit)," kata Darmin geram.

"Negara belum terima, dia sudah terima. Bagaimana mau (disebut) korupsi?" sambung mantan Gubernur Bank Indonesia itu.

Lantas, sistem informasi untuk pemeriksaan pajak seperti apa yang pernah dirancang Darmin, dan ditolak DPR itu?

"Saya pada waktu itu rancangannya begini, sederhana saja. Pemeriksaan itu harus selesai dalam satu tahun menurut undang-undang. Setahun harus tutup pemeriksaan, dibagi dalam empat tahap," jelas Darmin.

Informasi yang diinput ke sistem pada tiap tahapan, lantas dikunci, agar tidak diubah-ubah. Kalaupun memang perlu perubahan, hanya Direktur Jenderal Pajak yang bisa membuka kunci data tersebut.

Sayangnya, sistem informasi yang dirancang itu tidak disetujui. Darmin pun mengakui banyak pihak yang menekan DJP Kementerian Keuangan agar sistem informasi untuk pemeriksaan ini tidak jalan.

Sadar banyak yang menekan bagian pemeriksaan, Darmin juga sering kali melakukan penggantian petugas pemeriksaan pajak.

"Karena apa (diganti)? Dia ditekan oleh semua pihak, agar jangan bikin. Karena pihak-pihak itu tahu, kalau sistem ini jadi, mereka bakal susah," tandas Darmin.

Dan sampai sekarang, sistem informasi untuk pemeriksaan pajak itu hanya menjadi sebuah rencana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com