Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Isu Ekonomi Terhangat Tahun 2015

Kompas.com - 29/12/2015, 12:23 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNBC
KOMPAS.com - Ada beberapa isu besar yang menyelimuti perekonomian global selama tahun 2015, mulai dari perlambatan ekonomi China, anjloknya harga komoditas, hingga penyesuaian suku bunga acuan AS oleh Federal Reserve.

Akan tetapi, apa sebenarnya isu ekonomi terbesar dunia di tahun ini? Associated Press memilih perlambatan ekonomi China yang tajam sebagai berita ekonomi terhangat di tahun 2015.  Di samping itu, harga energi yang anjlok.

Butuh setidaknya 5 tahun agar dunia benar-benar cemas dengan perlambatan ekonomi China. Kecemasan ini akhirnya menghantam pasar dunia pada bulan Agustus silam.

Antara tanggal 10 hingga 25 Agustus 2015, indeks Dow Jones secara rata-rata turun 11 persen akibat kecemasan terhadap ekonomi China dan dampaknya pada dunia.

Perlambatan ekonomi China merupakan bagian dari rencana resmi pemerintah untuk mengubah pertumbuhan yang dianggap tidak berkelanjutan dari ekspor dan investasi yang dipandang mubazir menjadi ekspansi ekonomi yang perlahan tapi pasti berdasarkan belanja konsumen.

Namun, sayangnya Pemerintah China dianggap menodai rencana itu dengan melakukan intervensi untuk menopang jatuhnya harga saham.

Kemudian, China lagi-lagi mengejutkan dunia dan pasar dengan melakukan devaluasi mata uang yuan.

Banyak ekonom mulai menyimpulkan bahwa perekonomian China yang sebelumnya rata-rata tumbuh 7 persen per tahun, tidak akan kembali menyentuh kisaran itu. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu itu diprediksi hanya akan berada pada kisaran 5 hingga 6 persen dan ada kecenderungan untuk melemah lebih jauh.

Selain perlambatan ekonomi China, isu lain yang mendominasi pemberitaan ekonomi dunia selama 2015 adalah harga komoditas dan energi yang anjlok.

Indeks komoditas Standard & Poor GSCI terjun 34 persen tahun ini menuju level terendah sejak 1999 dan 80 persen dari level tertingginya.

Biang keladi pelemahan indeks komoditas itu tak lain adalah perlambatan ekonomi China. Ketika ekonomi negara itu melesat, maka pabrik-pabrik China menyerap hampir separuh konsumsi tembaga, alumunium, nikel, dan baja dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com