Arab menaikkan harga bensin tanpa timbal menjadi 0,90 riyal sekitar Rp 3.300) dari 0,60 riyal per liter alias naik 50 persen. Sedangkan untuk bensin dengan kualitas yang lebih rendah naik 67 persen menjadi 0,75 riyal (sekitar Rp 2.750) dari 0,45 riyal.
Meski demikian, harga BBM di Saudi masih yang termurah di kawasan Teluk. Harga BBM itu dinaikkan seiring pemotongan subsidi menyusul anggaran belanja Saudi yang memecahkan rekor defisit. (baca: Harga Minyak Jatuh, Defisit Anggaran Arab Saudi Membengkak)
Kabinet mengatakan kenaikan itu seiring dengan harga energi internasional.
Arab Saudi mengikuti jejak dari tetangganya Uni Emirat Arab, yang menjadi negara Teluk pertama yang meliberalisasi harga BBM awal tahun ini.
Kuwait juga mencabut subsidi solar dan minyak tanah pada awal tahun 2015 dan berencana melakukan pemotongan lainnya awal tahun depan, terutama pada listrik dan bensin.
Negara-negara Teluk lainnya sedang mempertimbangkan langkah-langkah serupa.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan biaya langsung subsidi energi di negara-negara Teluk mencapai 60 miliar dollar AS. Jika biaya tidak langsung seperti beban lingkungan dan lalu lintas jalan dihitung, biaya naik menjadi 175 miliar dollar AS.
IMF menyatakan, jika Arab Saudi menaikkan harga BBM-nya ke tingkat Teluk, itu akan menghemat sekitar 17 miliar dollar AS per tahun.