Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rizal Ramli, Rajawali Bangkit Episode 2

Kompas.com - 11/01/2016, 07:07 WIB
Estu Suryowati

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menuturkan selain penilaian kembali aktiva tetap atau revaluasi aset, ada langkah lain lagi yang dia kembangkan di jurus 'Rajawali Bangkit'.

Pendeknya, ini adalah sebuah ide untuk menjadikan Indonesia, Malaysia dan produsen utama Crude Palm Oil (CPO) di dunia sebagai price maker dan price reference.

Dalam perbincangan dengan beberapa media di kantor Tribun, Kamis (7/1/2016), Rizal menceritakan ide awal langkah kedua ini. "Usai saya dilantik, Presiden bilang, 'Mas Rizal beresin ini urusan CPO'," ujar mantan aktivis era Orde Baru itu.

Setelah mendengar perintah Joko Widodo, Rizal pun bergegas terbang ke Malaysia menemui Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. Idenya sederhana, kata Rizal. "Kita mau bikin organisasi seperti OPEC, tapi ngurusin CPO," terang Rizal.

Menurut dia, alasan Indonesia dan Malaysia cukup kuat untuk membentuk organisasi kartel CPO. Kedua negara bertetangga menguasai 85 persen pangsa pasar CPO dunia.

Atas dasar itu, dia bilang, harusnya Indonesia dan Malaysia lah yang menentukan harga dan standar CPO dunia.

Setelah berunding beberapa bulan, akhirnya pada 22 November 2015 tercapai kesepakatan antara Indonesia dan Malaysia.

Dampak dari kesepakatan tersebut pun langsung dapat dirasakan. Harga CPO yang tadinya hanya 500 dollar AS per metrik ton, naik menjadi 575 dollar AS per metrik ton.

Rizal menjelaskan, kesepakatan dengan Malaysia merupakan tahap awal organisasi yang lebih kuat.

Ke depan, sebut dia, kedua negara akan mengajak produsen CPO lainnya untuk bergabung.

"Kalau sedari awal kita ajak yang kecil-kecil, ramainya bisa satu tahun. Kagak jadi itu barang. Jadi istilahnya kita mulai dari Malaysia. Pihak Malaysia juga sangat senang, karena biasanya suka ribut dengan Indonesia dalam berbagai soal. Ini pertama kali ada kesepakatan besar antara Indonesia dan Malaysia," ucap Rizal.

Manajemen Stok

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian era pemerintahan Abdurahman Wahid itu mengatakan, untuk mengelola harga CPO agar tetap kompetitif namun menguntungkan, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan manajemen pasokan. Sebab, tidak seperti bisnis minyak yang bisa mengurangi produksi untuk menaikkan harga, pertumbuhan CPO ini tidak bisa dihentikan.

Salah satu cara mengatur pasokan adalah dengan pemanfaatan domestik melalui campuran bahan bakar fuel, atau biofuel. Indonesia sendiri saat ini sudah menerapkan campuran 20 persen nabati dalam solar, atau disebut B20.

"Malaysia tadinya hanya 7,5 persen. Kami berhasil bujukin. Tahun ini (2016) Malaysia mau menerapkan 15 persen," terang Rizal.

Di samping manajemen stok, Rizal menuturkan pemerintah juga akan mendorong produksi hilir dari CPO. Ditargetkan pada Maret 2016 mendatang, Green Economic Zone (GEZ) bisa dirilis oleh Presiden Joko Widodo.

Rizal sedikit memberikan bocoran, jika CPO generasi satu hanya bisa dicampur dengan solar, maka nantinya CPO generasi dua bisa dicampur dengan Premium.

Selain itu, di GEZ itu nantinya juga akan diproduksi bahan bakar pesawat jet dari CPO. Bahan bakar ini diklaim lebih ramah lingkungan dibandingkan avtur.

"Di dunia saat ini sudah ada 11 penerbangan yang menggunakan jet fuel. Kalau kita bikin jet fuel, harganya 15-20 kali dari dagang CPO. Saya kepingin nanti dalam waktu 5-7 tahun Indonesia jadi produsen nomor satu jet fuel," pungkas pemilik jurus 'Rajawali Ngepret' itu. (baca juga: Rizal Ramli, Rajawali Bangkit Episode 1)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com