Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Balik Ekonomi dari Sudut Pandang Rizal Ramli

Kompas.com - 11/01/2016, 08:55 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian sepanjang 2015 diakui kurang beruntung. Pertumbuhan ekonomi yang biasanya tumbuh rata-rata 6 persen, menjadi melorot di kisaran 4,7 persen.

Kendati begitu, di tahun 2016 ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli optimistis perekonomian Indonesia lebih cerah dibandingkan tahun lalu.

Si pemilik jurus 'Rajawali Ngepret' itu menuturkan, perekonomian 2015 tidak beruntung lantaran adanya warisan dari pemerintahan sebelumnya. Tak tanggung-tanggung, kwartet defisit melingkupi perekonomian domestik, di tengah ketidakpastian pemulihan global.

"Defisit perdagangan, tadinya surplus sampai 36 miliar dollar AS, sekarang sudah negatif. Kedua, defisit neraca transaksi berjalan yang berbahaya menggerogoti nilai tukar. Ketiga, defisit neraca pembayaran. Keempat, defisit anggaran," ungkap Rizal berbincang dengan media di kantor Tribun, Kamis (7/1/2016).

Faktor kedua, perekonomian RI terjerembab pada tahun lalu yaitu suasana hatikalangan pebisnis yang cenderung negatif. Mood negatif ini muncul seiring dengan merosotnya perekonomian yang ditandai dengan salah satunya anjloknya rupiah.

Daripada bergerak, kata Rizal, para pebisnis ini lebih memilih menunggu. "Sebetulnya golongan menengah atas dan kalangan bisnis itu punya uang. Tapi karena mood-nya itu, ditambah dengan dugaan dasarnya belum tercapai, ya ngapain moving. Itu yang membuat pergerakan ekonomi semakin mengkerut," jelas Rizal.

Berbalik arah

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian era pemerintahan Abdurahman Wahid itu mengatakan, beruntung pada kuartal akhir 2015, optimisme dari pelaku bisnis sudah mulai bermunculan.

Rizal mengklaim, optimisme tersebut tak lepas dari perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo, bulan Agustus 2015.

"Ini orang-orang yang dipilih sendiri oleh Presiden Jokowi, yaitu Luhut Panjaitan, Pramono, Darmin, saya, dan lain-lain. Langsung kelihatan kan ada arah strategi, progress. Jadi, orang yang punya uang di tahun ini lebih optimistis. Ini waktunya moving," kata dia lagi.

Melihat perubahan psikologi pasar usai perombakan kabinet, Rizal meyakini bahwa psikologi dalam ekonomi itu penting sekali. Dia mengatakan, kalaupun ada kesempatan baik tetapi mood sedang negatif, pelaku bisnis juga tidak akan bergerak.

"Tapi begitu mood lagi bagus, begitu ada kesempatan sekecil apapun, dia akan bergerak. Nah kita sekarang sudah melewati fase dari mood negatif ke mood positif. Tentu ada alasan politik juga. Oposisi makin lama malah ingin nempel terus," ujar Rizal.

Dia menambahkan, rupanya Presiden Jokowi mengerti betul timing kapan harus bergerak atau menunda suatu keputusan. Sehingga, sejak kuartal akhir 2015 kata Rizal, sudah tercipta stabilitas politik yang baru.

Ditambah dengan paket-paket kebijakan dan mood positif dari para pebisnis, Rizal yakin pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 ini bisa di atas enam persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com