Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini 3 Emiten Pendatang Baru Saham Terlikuid BEI

Kompas.com - 26/01/2016, 10:32 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Komposisi saham yang tergabung dalam indeks LQ45 kembali berubah. Mulai Februari hingga Juli tahun ini, ada tiga saham pendatang baru masuk jajaran indeks LQ45.

Ketiga efek saham itu adalah saham PT Hanson International Tbk (MYRX), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Ketiga saham ini menggeser tiga anggota lain yang keluar, yakni saham PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON).

Indeks LQ45 merupakan kelompok indeks yang terdiri dari 45 saham yang dinilai paling likuid di Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ-45 dievaluasi enam bulan sekali.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, likuiditas suatu saham tidak selamanya mengacu kepada fundamental emiten. Kerap sebuah saham aktif ditransaksikan karena dipengaruhi isu tertentu atau dipengaruhi aksi korporasinya.

"Jadi saham yang keluar dari LQ45, belum tentu fundamentalnya tidak bagus. Apalagi indeks LQ-45 selalu dievaluasi setiap enam bulan," ungkap dia kepada Kontan, Senin (25/1/2016).

Hans melihat, prospek saham WTON, satu dari tiga saham yang terdepak dari LQ45, masih relatif bagus. Dia masih tetap merekomendasikan buy saham WTON. Prospek saham yang berkaitan dengan infrastruktur dinilai masih cerah mengingat tahun ini pemerintah fokus menggenjot infrastruktur.

Analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya juga menilai, fundamental WTON masih bagus karena bisnisnya terkait dengan proyek infrastruktur. Namun, penurunan volume transaksi harian menyebabkan WTON terdepak dari kelompok saham likuid di BEI ini.

Sedangkan ITMG wajar sepi diperdagangkan. Menurut Hans, harga batubara yang merupakan produk utama ITMG, terus merosot. Tak hanya itu, pelambatan ekonomi Tiongkok juga membuat prospek batubara semakin suram.

Maklumlah, Negeri Panda ini merupakan konsumen terbesar batubara. Adapun transaksi saham EXCL cenderung sepi lantaran cukup berfluktuasi karena kinerjanya masih tertekan.

Menurut Hans, hampir semua saham sektor telekomunikasi mengalami hal serupa, kecuali PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Hans menilai, likuiditas emiten penghuni baru indeks LQ-45 lebih dipengaruhi sentimen tertentu dan aksi korporasi.

Saham ANTM, misalnya, lebih banyak dipengaruhi isu akuisisi Freeport. "ANTM diminta pemerintah untuk mengakuisisi Freeport. Ini yang membuat sahamnya naik," ujar Hans.

Sedangkan likuiditas HSMP meningkat pasca menggelar rights issue pada kuartal IV 2015.

Adapun laju saham MYRX dinilai hanya kenaikan sesaat, bukan bagusnya fundamental. William menilai, secara fundamental, ANTM dan HMSP masih mengalami tantangan di sektornya masing-masing, yakni pertambangan dan industri rokok.

Dia menilai, likuiditas keduanya tetap terjaga jika mampu menghadapi tantangan dengan mencetak kinerja yang positif. (Dina Mirayanti Hutauruk)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com