Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Sawit, Kerusakan Hutan dan Kampanye Beli yang Baik

Kompas.com - 26/01/2016, 17:25 WIB
Farid Assifa

Penulis

PELALAWAN, KOMPAS.com - Kesadaran konsumen Indonesia terhadap produk yang baik dan berkelanjutan masih minim. Hal itu terlihat dari sedikitnya produk-produk tanpa diberi ekolabel (produk yang baik dan berkelanjutan) yang beredar di pasaran.

Minimnya produk berlabel "baik" itu karena memang konsumen di Indonesia tidak menuntut hal itu, sehingga perusahaan tidak memproduksi barang kemasan tersebut.

Rata-rata, konsumen di Indonesia saat membeli sebuah produk hanya mempertimbangkan harga, bukan asal-usul barang tersebut. Harga murah menjadi daya tarik paling dominan di kalangan konsumen nusantara ini.

Padahal, mengenal atau mengetahui asal usul sebuah barang yang dijual di pasaran sangat penting bagi kelangsungan kehidupan manusia itu sendiri.

Misalnya, minyak goreng dari kelapa sawit. Apakah produk tersebut berasal dari bahan kelapa sawit perusahaan yang tidak merusak hutan atau tidak, sangat perlu untuk ditelusuri.

Sebab, jika membeli minyak dari perusahaan yang tidak ramah lingkungan, maka hal itu sama saja ikut berperan dalam merusak lingkungan dan tentu saja bisa mengancam kehidupan manusia.

Berdasarkan data World Wildlife Foundation (WWF), kerusakan hutan di kawasan Riau dan Sumatera beberapa di antaranya disebabkan oleh pembukaan lahan sawit dan perkebunan kayu. Perkebunan kelapa sawit menyumbang 19 persen kerusakan hutan.

Di Provinsi Riau, misalnya, hutan yang tersisa hingga kini adalah blok Tersso Nilo yang terbentang di empat kabupaten, yaitu Pelalawan, Indragiri Hulu, Kuantan Singingi, dan Kampar. Selama 25 tahun terakhir, Riau telah kehilangan 4 juta hektar hutan.

Selain merusak hutan, perkebunan sawit dan kayu juga mengganggu habitat satwa yang dilindungi seperti gajah dan harimau Sumatera. Perkebunan sawit yang merusak tersebut sebagian milik perusahaan nakal dan sisanya warga setempat.

Kampanye beli yang baik

Belum tumbuhnya kesadaran konsumen atas produk yang memiliki ekolabel itu menjadi perhatian organisasi pemerhati lingkungan, misalnya World Wildlife Foundation (WWF). Melalui kampanye #BeliYangBaik, WWF berusaha memberikan edukasi arti penting mengetahui dan mengenal asal usul sebuah produk.

Selain itu, melalui kampanye ini, WWF juga memiliki target bahwa perusahaan-perusahaan juga ikut peduli terhadap lingkungan dan keberlangsung ekosistem dalam memproduksi sebuah barang. Salah satu fokus perhatiannya ialah produk yang berbahan dari minyak kelapa sawit.

Footprint Campaign Coordinator WWF Indonesia, Margareth Meutia menjelaskan, kampanye beli yang baik ini dimulai sejak Uni 2015 lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com