Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Panaskan Perang Mata Uang

Kompas.com - 01/02/2016, 16:47 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Perang mata uang makin berkobar. Akhir pekan lalu, Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ), misalnya, secara mengejutkan menerapkan suku bunga minus 0,1 persen.

Jepang akan menerapkan rezim bunga negatif mulai 16 Februari mendatang. Tujuannya untuk membawa Jepang keluar dari zona deflasi. BOJ berharap, kebijakan ini akan memberikan stimulus investasi dan konsumsi.

Ini akan mendorong bank mengeluarkan pinjaman sehingga ekonomi akan bergerak, dan ujungnya inflasi meningkat. Keputusan BOJ itu dinilai sebagai upaya melemahkan mata uangnya terhadap mata uang negara lain.

Sebagai contoh, USD/JPY akhir pekan lalu naik 1,95 persen menjadi 121,14 dari hari sebelumnya 118,82. Memang, pelemahan yen bisa juga didorong kecemasan masa depan ekonomi Jepang.

Akan tetapi, menurut Adrian Panggabean, Presiden Direktur Sucorinvest Asset Management, justru itulah kejelian keputusan BOJ.

"Jepang secara halus memangkas nilai tukar yen dengan kebijakan ekstrem ini, bukan dengan membeli dollar," kata Adrian kepada Kontan, Minggu (31/1/2016).

Nah, pelemahan yen diharapkan mampu meningkatkan daya saing barang-barang asal Jepang di pasar global. Bila penjualan barang meningkat, perusahaan Jepang akan membukukan peningkatan pendapatan.

Alhasil, bursa efek Jepang bakal terlihat sangat seksi. Itu sebabnya, indeks saham Nikkei Jepang langsung naik 2,8 persen ke level 17.518,30, akhir pekan lalu, setelah BOJ menetapkan suku bunga negatif.

Adrian melihat, investor global akan tertarik masuk bursa Jepang. Sebab, harga saham emiten Jepang akan makin murah akibat depresiasi yen. Sektor ekonomi lain juga akan diuntungkan oleh pelemahan yen.

"Banyak orang gembira datang ke Jepang karena dana yang dibutuhkan juga semakin murah," kata Steve Wang, ekonom Reorient Group asal Hongkong, seperti dikutip harian South China Morning Post, Jumat (29/1/2016).

Adrian menilai, langkah Jepang belum tentu memompa aliran dana ke luar Jepang, termasuk ke Indonesia. Investor Jepang justru melihat potensi investasi di dalam negerinya menjadi lebih menarik.

"Yang tejadi malah bisa sebaliknya, arus masuk dana lebih besar," tandas Adrian.

Memang, ada peluang positif lain yang bisa dinikmati Indonesia. Misalnya, biaya utang dari Jepang bisa lebih murah. Namun, kreditor Jepang akan berpikir seribu kali dengan permintaan itu karena harus berhadapan dengan risiko kurs di negara.

Ia mencontohkan, ketika Eropa menerapkan bunga negatif sejak 2014, dana emerging market justru masuk ke Eropa. "(Jika ingin mengambil sisi positifnya) Bank Indonesia harus berani meniru BOJ dalam menurunkan bunga," kata Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker. (Yuwono Triatmodjo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com