Pemusnahan induk ayam tersebut mengakibatkan stok bibit ayam yang tersedia untuk para peternak mandiri menjadi sedikit.
"Karena pasokan bibit sedikit, harga pun meningkat. Biasanya, 1 doc (bibit ayam) harganya Rp 4.000, sekarang jadi Rp 6.000. Itupun kualitas 2," ujar dia.
Dampaknya, harga ayam di tingkat peternak merangkak naik dari Rp 18.000 per ekor menjadi Rp 20.500.
Di tingkat pasar, harga ayam menjadi Rp 40.000 dari yang biasanya berada di kisaran Rp 30.000.
Menurut Syarkawi, kondisi ini juga akan membunuh usaha peternak mandiri untuk melakukan usahanya.
Dia mencontohkan, di daerah Bandung Selatan ada koperasi peternak yang awalnya beranggotakan 70 orang kini tinggal 10 orang.
"Usahanya perlahan mati, tutup. Salah satu penyebabnya adalah kurangya pasokan doc," pungkas Syarkawi.