KOMPAS.com - Indonesia, melalui Pertamina International Timor S.A. (PITSA), Indonesia menjadi pemasok kebutuhan energi Timor Leste. Menurut rilis yang dikirimkan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Timor Leste pada Kamis (11/2/2016), pada hari ini diluncurkan peralihan organisasi dari Marketing Representative Timor Leste (MRTL) PT Pertamina menjadi PITSA.
Pada acara yang digelar di Dili itu, hadir Ibu Negara Republik Demokratik Timur Leste (RDTL) Isabel da Costa Ferreira, Duta Besar RI untuk Timor Leste Primanto Hendrasmoro, Direktur PITSA Agus Dwi Jatmiko berikut staf PITSA dan Kedubes RI.
Peluncuran ini memang terbilang masih ada hubungannya dengan kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke Timor Leste pada Selasa (26/1/2016). Dalam kunjungan itu, Presiden Joko Widodo menyampaikan pesan bahwa Indonesia selalu menjadi bagian dan mitra pembangunan di Timor Leste.
Dari laman pertaminapatraniaga.com diperoleh data bahwa pemerintah Timor Leste memunyai syarat kepesertaan saham lokal lima persen bagi perusahaan asing yang akan menanamkan modalnya di Timor Leste. PITSA yang berdiri pada 3 September 2015 di Jakarta memunyai komposisi saham Pertamina Patra Niaga sebesar 50 persen, Pertamina Retail 45 persen, dan 4-CTP 5 persen. Pemilik saham 4-CTP atau 4-Consortio Timor Progresso berasal dari Timor Leste.
Rata-rata pasokan bensin oleh PITSA di Timor Leste sebesar 2.500 kiloliter per bulan. Kemudian, elpiji mencapai 65 ton per bulan. Angka ini setara dengan 60 persen penguasaan pasar.
Sementara, pasokan avtur oleh PITSA besarnya 335 kiloliter. Angka sebesar ini ekuivalen dengan penguasaan 60 persen pasar.
Di deretan buncit adalah pasokan solar dari PITSA sebesar 8.700 kiloliter per bulan. Penguasaan pasar atas angka ini besarnya 17 persen.