Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Kelayakan Proyek Kereta Cepat Dipertanyakan

Kompas.com - 16/02/2016, 05:41 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom dari Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono menilai proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung tidak layak. 

"Belum ada benchmark atau patokan di negara lain terkait kereta cepat yang dapat diperbandingkan dengan Indonesia," kata Tony di Jakarta, Senin (15/02/2016).

Dia memberi contoh, kereta cepat yang ada di Jepang menghubungkan kota Tokyo ke Osaka. Kereta cepat tersebut berjarak 400 kilometer (km) dengan waktu tempuh dua jam.

Kereta cepat tersebut dianggap layak atau feasible dari sisi bisnis dan keekonomisannya karena juga melewati kota-kota besar, seperti Yokohama, Nagoya, dan Kyoto.

Sementara kereta cepat Bandung-Jakarta menghubungkan kota apa saja (bukan kota besar). Kereta cepat dari Bandung, pemberhentian pertama Walini. Disana kegiatannya memetik teh dulu.

Setelah Walini, pemberhentian berikutnya di Purwakarta. Disana kegiatannya makan sate Maranggi. Lantas ke Cikarang, lalu terakhir di Halim, Jakarta. 

"Menurut saya, (kegiatannya) tidak sebanding (dengan kereta cepat di Jepang). Saya khawatir tidak feasible (layak)," terang Tony. (Baca: Jika Hanya Andalkan Tiket, Kereta Cepat Pasti Rugi).

Tony mengakui tak semua proyek infrastruktur dapat dikatakan feasible atau layak. Ada pula proyek infrastruktur yang tidak feasible secara hitungan keekonomisannya tetapi memiliki dampak positif.

Sebut saja, pembangunan infrastruktur jalan yang menghubungkan kota Jayapura dan Wamena di Papua. Meski tak layak secara bisnis, proyek tersebut membuka isolasi Papua.

"Jokowi berani ambil keputusan membuka isolasi Papua," kata dia. 

Di Papua terdiri dari dua jenis kota, yakni kota pesisir dan gunung. Dua jenis kota itu tidak menyambung. Contoh, Papua dan Wamena tak ada jalan raya. 

Akibatnya, jika orang Wamena bangun gedung, semen harus didatangkan dari Makassar, kemudian diangkut kapal menuju Jayapura. Lalu dari Jayapura ke Wamena naik pesawat. Itulah sebabnya proyek tersebut disebut kurang feasible.

Sebelumnya, pembangunan kereta cepat koridor Jakarta-Bandung dinilai bakal memiliki multiplier effect yang sangat luas.

Menurut Direktur Utama PT kereta cepat Indonesia China (KCIC) Hanggoro Budi Wiryawan, pembangunan infrastruktur ini akan memberi stimulus pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan yang ditargetkan mencapai 5,5 persen di 2016.

Proyek kereta canggih itu bakal menyerap 39.000 tenaga kerja dengan rincian 20.000 pekerja konstruksi dan pembangunan Transit Oriented Development (TOD) mencapai 28.000 pekerja. (Baca: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tuai Kritik, Pemerintah Beri Penjelasan).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com