JAKARTA, KOMPAS.com - Suku bunga acuan kini berada pada posisi 7,25 persen setelah sebelumnya berada posisi 7,5 persen. Namun demikian, besaran suku bunga tersebut dianggap masih terlalu tinggi untuk dapat mendorong perekonomian dan memajukan sektor keuangan.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Hendro Utomo menjelaskan, suku bunga di Indonesia relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya. Sehingga, menurut dia, ada baiknya otoritas menurunkan suku bunga agar sektor perekonomian dapat terdorong. "Harapannya pemerintah dapat meminta bank menurunkan suku bunga, sehingga bisa menarik minat perusahaan meminjam dan meningkatkan porsi pinjaman," kata Hendro di kantornya, Selasa (16/2/2016).
Lebih lanjut, Hendro menyebut, apabila suku bunga lebih rendah, laju dunia usaha dapat lebih cepat. Pada akhirnya, perekonomian nasional pun akan bergerak lebih cepat. "Itu kendalanya, kenapa Indonesia dibandingkan negara lain tingkat bunganya tinggi," jelas Hendro.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla pun beberapa kali menyentil perbankan nasional yang menerapkan bunga kredit tinggi, khususnya kepada Usaha Kecil Menengah (UKM). Saat ini masih ada bunga kredit yang di atas 10 persen untuk UKM.
Menurut Wapres, seharusnya perbankan memberikan bunga single digit kepada para UKM. Sebab dengan bunga yang double digit, UKM sulit tumbuh. "(Dengan bunga kecil) jadi entrepreneurship tumbuh. Harus single digit, dan kita sudah jalankan di sektor ritel," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.