Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Rate Harus Turun, Ini Alasannya

Kompas.com - 17/02/2016, 17:24 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) mulai diselenggarakan hari ini untuk menetapkan besaran suku bunga acuan BI atau BI Rate.

Banyak pihak menyatakan, dalam RDG bulanan kali ini, BI memiliki peluang yang sangat besar untuk menurunkan suku bunga acuan.

Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih menjelaskan, ada beberapa faktor yang dapat dijadikan patokan oleh bank sentral untuk menurunkan suku bunga acuan.

Tidak hanya faktor dari dalam negeri, ada pula faktor dari luar negeri yang menjadi bahan pertimbangan BI.

"Beberapa faktor kalau mau lihat ada potensi turun. Pertama, di sisi inflasi, kami lihat gap antara inflasi dan BI Rate masih lebar," kata Lana kepada KOMPAS.com, Rabu (17/02/2016).

Menurut dia, inflasi inti juga relatif rendah di bawah 5 persen. Faktor lain, ada potensi harga BBM turun lagi bulan Maret dan tarif listrik turun di Februari.

"Faktor-faktor Ini membantu mengurangi beban inflasi," tambah Lana.

Faktor lain adalah defisit transaksi berjalan yang ditargetkan BI sudah tercapai, yakni kisaran 2,5 persen dari PDB.

Dari sisi nilai tukar, rupiah ini sudah lebih baik ketimbang ketika BI diturunkan sebelumnya.

Saat itu rupiah berada pada Rp 13.800 per dollar AS, sementara kini sudah Rp 13.500 per dollar AS.

Akan tetapi, hal yang patut dicermati oleh bank sentral, menurut Lana, adalah impor yang turun.

Oleh sebab itu, langkah BI dalam menyesuaikan BI Rate sangat ditunggu karena penurunan impor dapat mengindikasikan kegiatan usaha yang juga melemah.

"Ini mungkin poin yang paling besar. Fokus BI sekarang beberapa kondisi sudah lebih baik dari yang dikhawatirkan sebelumnya. Kesempatan bagi BI untuk mendorong ekonomi," tutur Lana.

Dari sisi eksternal, Lana menyoroti tidak adanya pertemuan bank sentral AS Federal Reserve atau FOMC.

Selain itu, peluang The Fed untuk menunda bahkan tidak menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate pada tahun ini pun cukup besar.

"Kalau BI tidak menurunkan BI Rate maka ekonomi akan stagnan saja. Akan berada di level sekarang saja," ungkap Lana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Whats New
Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Earn Smart
Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Whats New
Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com