Dengan diturunkannya GWM Primer tersebut, maka akan ada tambahan likuiditas sebesar Rp 34 triliun yang dapat digunakan untuk penyaluran pembiayaan.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja menjelaskan, perseroan pun akan memperoleh tambahan likuiditas pasca diturunkannya GWM Primer dalam rupiah tersebut.
Jahja menuturkan, setidaknya ada tambahan likuditas sebesar Rp 3 triliun kepada BCA.
"Bagi BCA kelonggaran ini bisa menambah sekitar Rp 3 triliun likuiditas," jelas Jahja kepada wartawan di Jakarta, Kamis malam.
Jahja mengatakan, tambahan likuiditas tersebut dapat digunakan untuk mengganti likuiditas BCA dari deposito yang berkurang sekitar Rp 3 triliun. Pengurangan tersebut terjadi sejak Desember 2015 lalu.
Terkait dampaknya ke peningkatan kredit, Jahja menyatakan, bagi perseroan pertumbuhan kredit bukan karena masalah likuiditas.
Dia menuturkan, perlu diperhatikan kebutuhan nasabah ada atau tidak. "Dalam arti, kalau bisnis berkembang, kebutuhan kredit akan datang dengan sendirinya," imbuh dia.
BI menyatakan, penurunan GWM Primer dapat membantu mengerek pertumbuhan kredit pada tahun 2016 ini.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, tanpa penurunan GWM Primer, pertumbuhan kredit dapat meningkat dari 10 persen menjadi 12,5 persen pada akhir tahun 2016.
Namun, dengan penurunan tersebut, maka peningkatan penyaluran kredit dapat lebih kencang.
"Kalau ditambah dengan penurunan GWM Primer, maka pertumbuhan kredit bisa lebih tinggi menjadi 14 persen," tutur Perry. (Baca: Ini Alasan BI Turunkan BI Rate dan GWM Primer).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.