Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OECD: Perekonomian Dunia Butuh Aksi Darurat

Kompas.com - 19/02/2016, 09:49 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber BBC.com
PARIS, KOMPAS.com - Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menyerukan aksi darurat yang harus dilakukan oleh para pemimpin dunia guna menghindari perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Seruan ini menyusul revisi prediksi OECD terhadap pertumbuhan ekonomi global. Tahun lalu, OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2016 mencapai 3,3 persen. Namun, OECD merevisinya menjadi hanya 3 persen.

Penyebabnya, perdagangan, investasi, dan kenaikan upah yang terlalu lemah. Selain itu, pemangkasan suku bunga acuan dan perbaikan kebijakan moneter lainnya tak mampu mendorong pertumbuhan.

"Suku bunga acuan di berbagai negara telah dipangkas guna menstimulasi pinjaman dan investasi. Di banyak negara, suku bunga acuan terpantau amat rendah," tulis OECD seperti dikutip dari BBC, Jumat (19/02/2016).

OECD menyebut, faktor terbesar di balik perlambatan pertumbuhan ekonomi global adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi China, di mana pertumbuhan ekonomi jatuh dari di atas 7 persen menjadi di bawah 6 persen.

Lembaga kajian tersebut memprediksi pertumbuhan ekonomi China berada pada posisi 6,5 persen tahun ini.

Sementara itu, OECD merevisi ke atas prediksi pertumbuhan ekonomi India. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi India untuk tahun 2016 diprediksi 7,3 persen, namun direvisi menjadi 7,4 persen.

Adapun untuk negara maju seperti AS, OECD menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2016 dari 2,5 persen menjadi 2 persen.

Pasalnya, OECD menyoroti keputusan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.

Awalnya, keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan bertujuan untuk menenangkan kekhawatiran investor.

Namun, bagi banyak pihak, keputusan itu malah dianggap sebagai tindakan optimistis yang prematur.

"Kebijakan moneter tidak bisa bekerja sendirian. Respon kebijakan kolektif yang lebih kuat diperlukan untuk memperkuat permintaan," ujar OECD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Miliar untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Miliar untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Whats New
Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com