Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

S&P: Pertumbuhan Industri Keuangan Syariah Melambat di 2016

Kompas.com - 19/02/2016, 17:34 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga pemeringkat Standard & Poor's atau S&P berpandangan bahwa perlambatan perekonomian di Indonesia akan membatasi pertumbuhan industri keuangan syariah.

Menurut laporan S&P, perlambatan yang terjadi di sektor ini pada 2015 akan berlanjut di 2016. 

S&P melihat ada tiga faktor penghambat utama bertumbuhnya industri keuangan syariah di Indonesia.

Pertama, akibat perlambatan perekonomian Indonesia, yang berimbas ke perbankan syariah dan perbankan konvensional.

Kedua, pasar keuangan syariah Indonesia masih kecil dibandingkan industri keuangan di negara ini.

Dengan ukurannya yang kecil, pasar keuangan syariah kehilangan kapasitas untuk mendapatkan keuntungan dari banyaknya entitas korporasi dan aneka proyek infrastruktur.

Ketiga, kerangka perundangan di industri keuangan syariah masih dikembangkan, serta kurangnya sumber daya manusia berkualitas di area ini.

S&P melihat bahwa perbankan syariah lokal di Indonesia akan mendapatkan kesempatan untuk bertumbuh dalam jangka menengah, dengan prospek pertumbuhan yang sehat.

Sebab, Indonesia sendiri merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dan penetrasi perbankan masih rendah.

Sebagai tambahan, ada aneka proyek infrastruktur energi dan transportasi yang mendorong investasi hingga 40-50 miliar dollar AS per tahun dalam beberapa tahun kedepan.

"Kami menilai beberapa pendanaan untuk proyek infrastruktur bisa berasal dari perbankan syariah, atau dari pendanaan syariah multilateral atau bilateral, atau dari sukuk," tulis S&P, dalam rilisnya kepada KOMPAS.com, Jumat (19/02/2016).

S&P juga menilai, upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan keuangan syariah juga positif.

Aprillia Ika Aset perbankan syariah di Indonesia, menurut laporan Standard & Poor's 2016.
Melambat

Setelah lima tahun mengalami pertumbuhan signifikan, industri keuangan syariah di Indonesia mengalami stagnasi pada 2015.

Aset perbankan syariah naik 35,5 persen secara agregat dari 2010-2014. tapi tetap sepanjang semester I 2015 dibanding pertumbuhan 5 persen untuk perbankan konvensional.

Perlambatan keuangan syariah di Indoensia diakibatkan perlambatan perekonomian, lemahnya konsumsi domestik, rendahnya investasi, serta perlambatan ekonomi China.

"Kami berpendapat pada 2016 hal yang sama terjadi," tulis S&P.
 
Pada tahun ini, bank terus mencoba menaikkan suku bunga dan jatuhnya harga minyak mempengaruhi investasi utama dalam ekspor minyak di negara ini.

"Kami berfikir, aksi pemerintah untuk menerbitkan sukuk bisa membantu mengatasi hambatan ini," lanjut S&P.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com