Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Sebaiknya Rangkul Kembali Jepang

Kompas.com - 21/02/2016, 21:54 WIB
M Fajar Marta

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com —Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Bahlil Lahadalia mengatakan, pihaknya menangkap kekecewaan yang berat dari pihak Jepang terkait gagalnya pihak Negara Sakura itu menggarap proyek prestisius kereta api cepat Jakarta-Bandung.

Sebab itu, Bahlil mengusulkan agar Presiden Joko Widodo kembali merangkul pihak Jepang dalam berbagai pengerjaan proyek infrastruktur dan transportasi di Tanah Air.

Bahlil dan sejumlah pengurus Hipmi melakukan lawatan hampir sepekan ke Jepang baru-baru ini.

Selain melakukan kunjungan dagang dan memberikan ceramah di Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Ehime, Jepang, Bahlil juga menggelar pertemuan dengan sejumlah pejabat setempat, diplomat, Kadin Jepang, para pengusaha muda Jepang serta Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Yusron Ihsa Mahendra. 

“Ada kekecewaan yang berat dari pihak Jepang, termasuk pemerintahnya. Itu yang kita tangkap. Makanya kita usul agar Bapak Presiden memulihkan kepercayaan Jepang kepada kita dengan merangkul dalam berbagai proyek pembangunan lainnya,” ujar Bahlil Minggu (21/2/2016).

Bahlil mengatakan kekecewaan tersebut lantaran Jepang yakin sekali bahwa Indonesia akan memilih Jepang menjadi mitra strategis dalam pembangunan transportasi kereta cepat Jakarta Bandung.

Pasalnya, Jepang telah menjadi mitra strategis Indonesia dalam membantu pembangunan Indonesia sejak tahun 1970-an.

“Ini bukan soal hanya persaingan kedua negara, atau persaingan bisnis. Tapi Jepang kan sudah terbukti menjadi mitra strategis kita dalam membangun infrastruktur sejak lama. Bukan ujuk-ujuk datang bawah proposal. Dia yakin kita teman sejatinya,” papar Bahlil.

Sebagaimana diketahui, pemerintah memilih perusahaan asal China untuk menggarap proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung.

Padahal, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah memasukan proyek tersebut dalam agendanya untuk mengejar proyek-proyek infrastruktur di luar negeri guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi domestiknya.

Pemerintah Indonesia beralasan, pemilihan perusahaan China tersebut sebab proyek tersebut merupakan kesepakatan B to B dan tidak melibatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Bahlil mengatakan, peranan Jepang dalam membangun perekonomian Indonesia selama ini tidak boleh dipadang sebelah mata.

“Salah satu ciri khas investasi Jepang di kita itu dia sifatnya jangka panjang, masuk ke sektor riil, dia berani bangun manufatur otomotif, dan dia masuk dalam labor intensive. Dia serap banyak tenaga kerja. Komitmennya jangka panjang dan memberi nilai tambah pada perekonomian,” ujar Bahlil.

Data Hipmi Research Center menunjukkan, Jepang menduduki peringkat ketiga dengan nilai rencana investasi di Indonesia mencapai Rp 100,6 triliun, meski masih di bawah China dan Singapura.

Investasi Jepang pada 2015 tersebut naik 130 persen jika dibandingkan dengan capaian pada 2014 di posisi Rp 43,7 triliun.

Tak hanya itu,  Jepang merupakan pangsa pasar ekspor nonmigas utama Indonesia setelah Amerika Serikat.

Pada Januari 2016, ekspor nonmigas terbesar Indonesia yakni ke Amerika Serikat dengan total 1,23 miliar dollar AS atau 13,10 persen, disusul Jepang 1,04 miliar dollar AS atau 11,11persen dan Tiongkok 886,7 juta dollar AS atau 9,44 persen.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com