Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Ragukan Persetujuan Penahanan Produksi Minyak

Kompas.com - 22/02/2016, 10:07 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Reuters
NEW DELHI, KOMPAS.com - Seorang pejabat senior Amerika Serikat menyatakan ragu atas kesuksesan persetujuan penahanan produksi minyak oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara non anggota OPEC.

Sebelumnya, langkah menahan produksi ini bertujuan untuk menstabilkan pasokan dan harga minyak dunia.

"Saya benar-benar skeptis terhadap persetujuan ini. Menahan produksi negara-negara (penghasil minyak) tidak akan mengubah pasar yang sudah kelebihan pasokan," kata Amos J Hochstein, utusan khusus Departemen Dalam Negeri AS untuk bidang energi internasional.

Selain itu, Hochstein juga menyatakan keraguannya kepada Iran yang telah diajak berunding pula terkait penahanan produksi minyak.

Hochstein mengatakan, Iran yang kini telah bebas dari sanksi ekonomi dan politik telah berkomitmen untuk mengekspor minyak.

Dulunya Iran adalah eksportir minyak nomor dua di antara negara-negara anggota OPEC.

Iran ingin lekas meningkatkan produksi minyak untuk kembali memperoleh pasar yang selama ini hilang.

Pemerintah Iran menyambut persetujuan penahanan produksi, namun menyatakan akan menahan produksi pada level produksi bulan Januari 2016.

Harga minyak dunia sudah turun 70 persen hanya dalam waktu 20 bulan. Jatuhnya harga minyak didorong banjirnya produksi minyak hingga hampir mencapai rekor tertinggi oleh negara-negara OPEC dan negara penghasil lainnya, terutama Rusia.

Dalam upaya untuk menstabilkan harga, Rusia, Arab Saudi, Qatar, dan Venezuela telah menyetujui kesepakatan untuk menahan produksi minyak pada level produksi bulan Januari kalau negara-negara penghasil minyak lainnya melakukan hal yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com