Angka tersebut turun 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan pendapatan terutama disebabkan oleh penurunan di segmen otomotif, alat berat dan pertambangan, serta agribisnis.
Sementara laba bersih konsolidasi menurun 25 persen menjadi Rp 14,5 triliun.
Namun, tanpa memperhitungkan pembebanan biaya non-kas atas penurunan nilai properti tambang batu bara pada tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya, laba bersih perseroan turun 20 persen menjadi Rp 16 triliun.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto menyatakan, nilai aset bersih per saham grup tercatat sebesar Rp 2.521 pada 31 Desember 2015, meningkat 7 persen dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2014.
Dividen final sebesar Rp 113 per saham (tahun 2014: Rp 152 per saham) akan diusulkan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang akan dilaksanakan pada April 2016.
Dividen final yang diusulkan bersamaan dengan dividen interim sebesar Rp 64 per saham (tahun 2014: Rp 64 per saham) akan membuat total dividen tahun ini menjadi Rp 177 per saham (tahun 2014: Rp 216 per saham).
"Kami masih bersikap hati-hati terhadap prospek bisnis mendatang, tetapi dengan didukung kemampuan perseroan menghasilkan kas yang baik serta neraca keuangan yang kuat, perseroan terus berinvestasi bagi masa depan, dan siap memanfaatkan peluang dari setiap perbaikan kondisi ekonomi," kata Prijono.