Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribut-ribut Blok Masela, Kiprah Perusahaan Lokal Malah Terlupakan

Kompas.com - 02/03/2016, 21:26 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute National Development and Financial (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, polemik soal tempat pembangunan kilang pengolahan gas Blok Masela di Laut Arafuru Maluku, jangan sampai menghilangkan hak partisipasi perusahaan migas lokal.

"Apakah kilang pengolahan gas Blok Masela ingin dibangun secara offshore (di laut) atau onshore (di darat) sebenarnya bukan hal yang krusial," kata Enny Rabu (2/3/2016) di Jakarta.

Menurutnya, persolan yang lebih penting adalah bagaimana perusahaan migas lokal dapat berpatisipasi dalam pengembangan blok Masela.

Daripada ribut persoalan teknis, Enny menganjurkan pemerintah untuk mendorong Pertamina agar mendapatkan hak partisipasi di Blok Masela.

Perusahaan lokal sebaiknya dilibatkan agar terjadi transfer ilmu terkait pengembangan blok migas.

Saat ini, hak partisipasi Blok Masela dimiliki Inpex Masela Ltd (Jepang) sebagai operator sebesar 65 persen dan Shell Corporation (AS) sebesar 35 persen.

Data lebih lengkap

Sementara itu, polemik antara Kementerian ESDM dan SKK Migas dengan Kemenko Maritim soal tempat pembangunan kilang gas Blok Masela masih berlanjut.

Kementerian ESDM dan SKK Migas merekomendasikan agar kilang pengolahan gas dibangun di laut (offshore), sementara Kemenko Maritim mengusulkan di darat (onshore).
(Baca : Cerita Kepala SKK Migas soal Ribut Rizal Ramli Vs Sudirman Said Terkait Blok Masela).

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, banyak orang-orang yang awalnya membela pengembangan Blok Masela secara onshore mulai diam.

"Kawan yang tadinya ribut sekali soal onshore, sekarang enggak ngomong lagi. Jadi rupanya masalah data yang enggak lengkap," ujar Amien dalam diskusi Blok Masela di Jakarta.

Menurut dia, mulai diamnya orang-orang pembela skema onshore itu lantaran menyadari tak memiliki data selengkap SKK Migas terkait pengembangan Blok Masela.

"Data enggak lengkap tapi ributnya setengah mati, setelah diberikan data, baru bilang 'oh iya ya'. Yang ribut itu, bukan engineer. Mereka enggak ngerti LNG (gas alam cair)," kata Amien.

Dalam forum diskusi yang sama, Staf Ahli Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Ronnie Rusli, selaku pendukung onshore meminta SKK Migas dan pendukung pengembangan Blok Masela secara offshore berpikir realistis.

Menurutnya, pembangunan kapal LNG besar, sebagai sarana untuk offshore, belum pernah ada di dunia.

"Jepang belum pernah bangun kapal FLNG (Floating Liquid Natural Gas). Apalagi untuk Blok Masela (yang cadangan gasnya banyak)," kata Ronnie. 

Terkait perseteruan antarmenteri terkait Blok Masela, Presiden Joko Widodo pun marah. 
(Baca : Dalam Waktu Dekat, Presiden Akan Akhiri Kegaduhan Blok Masela)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com