Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maaf... Tahun Ini Ujian EPS ke Korsel Cuma untuk Sektor Perikanan!

Kompas.com - 05/03/2016, 14:59 WIB
M Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) tahun ini hanya akan menggelar ujian Employment Permit System atau EPS-TOPIK ke Korea Selatan untuk sektor perikanan. Ujian itu pun bisa terselenggara jika memenuhi persyaratan gaji dan perlindungan.

"Sektor perikanan program G to G ke Korea Selatan kuotanya 900. Kalau dari segi perbaikan terpenuhi dalam hal standar gaji dan perlundungan, bisa dimungkinkan untuk diselenggarakan ujian EPS untuk sektor perikanan," kata Deputi Penempatan BNP2TKI, Agusdin Subiantoro, seusai rapat dengan HRD Korea di Kantor BNP2TKI, Jakarta, Jumat (4/3/2016).

Agusdin menjelaskan, sejak 2015 lalu BNP2TKI tidak melakukan penempatan TKI sektor perikanan yang kuotanya sebanyak 1.600. Tidak adanya penempatan itu karena sedang dilakukan moratorium dengan harapan pihak Korea dapat melakukan perbaikan kondisi kerja, perlindungan, dan upah bagi TKI sektor perikanan. Sebaliknya, Indonesia juga akan lebih selektif dalam menerima calon TKI untuk sektor perikanan.

"Kalau sudah ada perbaikan dan moratorium dibuka, maka penyelenggaraan EPS PBT atau CBT khusus untuk sektor perikanan tahun ini bisa diselenggarakan," ujarnya.

Sementara itu, lanjut Agusdin, untuk sektor manufaktur dipastikan tahun ini tidak diselenggarakan ujian EPS-TOPIK karena saat ini masih ada kelebihan. Sesuai surat pemberitahuan dari HRD Korea tentang EPS-Topik ke Korea Selatan, tahun ini Indonesia mendapatkan kuota sebanyak 4.400 untuk sektor manufaktur.

"Sedangkan calon TKI yang telah dikirim dan terdaftar dalam roster di Korea sebanyak 5.893 sehingga ada selisih kelebihan sebanyak 1.493. Atas dasar itu, pihak Korea memandang belum perlu penyelenggaraan EPS-TOPIK PBT tahun ini," jelas Agusdin.

Animo tinggi

Selain masih adanya kelebihan, alasan lain tidak diselenggarakan EPS-TOPIK tahun ini adalah karena ada kebijakan baru dari pihak Korea. Sebelumnya, jika mengambil 300 persen dari kuota, misalnya kebutuhan kuotanya 5.000 yang, disiapkan 15.000.

"Sekarang hanya 125 persen saja. Misalnya, kebutuhan kuota 1.000, yang menunggu hanya 1.250 orang," kata Agustin. 

Dia mengatakan animo masyarakat untuk bisa bekerja di Korsel dalam program G to G memang tinggi. Hal itu terlihat dari antusiasme mereka mendaftar dan mengikuti ujian EPS-TOPIK setiap kali dilakukan pembukaan pendaftaran.

"Dari mereka yang telah mengikuti EPS-TOPIK sekarang ini sudah cukup banyak yang masuk daftar tunggu. Untuk itulah, pihak Korea tidak mau terus menambah banyak daftar tunggu karena bisa jadi akan menimbulkan ketidakpastian," papar Agusdin.

Saat ini, lanjut dia, BNP2TKI juga sedang berupaya agar kuota Indonesia ditambah lagi, terutama jika Indonesia bisa memenuhi kuota penemapatan 4.400 dalam waktu cepat dan ada permintaan dari Korea.

"Misalnya, ada pengalihan dari negara lain. Jika upaya itu berhasil, tentu program G to G ke Korsel akan bisa lebih dimaksimalkan ke depannya," kata Agusdin.

Agusdin kembali menyatakan, bahwa tidak dibukanya ujian EPS-TOPIK tahun ini murni karena stok daftar tunggu terlalu banyak. Sementara untuk kualitas TKI di Korsel, dia menjamin berkualitas karena memang dari yang sudah bekerja di sana, yakni sekitar 40.000, terbukti bisa bekerja baik dan serius.

"Dengan tidak adanya ujian untuk sektor manufaktur tahun ini, kami mohon maaf bagi para calon TKI yang sudah merencanakan untuk mendaftar. Nanti, pada saatnya akan ada informasi lagi untuk peluang ke Korea, pasti kami sampaikan ke publik," ujarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com