Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komisaris Utama Garuda Dapat Gelar Profesor dari Universitas di China

Kompas.com - 07/03/2016, 05:30 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisaris Utama Garuda Indonesia, Jusman Syafii Djamal, mendapatkan gelar professor kehormatan dari Universitas Sains dan Teknologi Zhejiang, China.

Gelar professor kehormatan ini diberikan sebagai bentuk penghargaan atas peran Jusman dalam membangun kerjasama riset serta teknologi antara Indonesia dan China.

Penghargaan ini diberikan Rektor Universitas Sains dan Teknologi Zhejiang, Cai Yuan Qiang, di kampus universitas tersebut di Huangzhou, Jumat (4/3/2016) waktu setempat. 

Turut menyaksikan pengukuhan Jusman sebagai profesor, antara lain Konsul Jenderal RI untuk Shanghai Kenssy D Ekaningsih, Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden Kemal Taruc, anggota Dewan Pertimbangan Presiden Suharso Monoarfa, dan Kepala Badan Otorita Batam Mustafa Wijaya.

"Penghargaan ini diberikan atas sumbangsih intelektual dan kerjasamanya, tetapi juga  persahabatan bagi dua negara di masa-masa mendatang," kata Cain Yuan Qiang dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (6/3/2016).

Dalam kesempatan itu, Jusman memberikan kuliah umum mengenai perbedaan pengalaman Indonesia dan China selama 25 tahun membangun industri teknologi maju.

"Di sinilah muncul dua paradigma yang dianut Indonesia dan China. Indonesia memilih pola technology driven yang dilaksanakan secara bertahap, sedangkan China menganut market driven yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," kata Jusman.

Pada awalnya, lanjut dia, baik Indonesia maupun China memiliki kesamaan orientasi dalam membangun teknologi majunya.

Namun, dalam perjalanannya, kedua negara ini memiliki pola kebijakan masing-masing.

Menurut dia, pembangunan teknologi di China dimulai pada era Deng Xiao Ping.

Ketika itu, pemerintah tidak hanya membangun daerah perkotaan, namun juga melengkapinya dengan menciptakan kawasan-kawasan khusus seperti kawasan industri, area komersial, kawasan perumahan, dan kawasan industri pariwisata.

Dengan demikian, kebutuhan pasar dan dan teknologi bisa bertemu. "China dengan cepat akhirnya memiliki kawasan-kawasan khusus seperti Guandong, Shenzen, dan Fujian dan berkembang menjadi kawasan untuk ekspor," ujar Jusman.

"Kawasan-kawasan tersebut memberikan fleksibilitas untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan pasar. Proses akuisisi teknologi maju dilakukan melalui kebijakan dan mekanisme yang berlaku di pasar, " sambung dia.

Sementara itu, Indonesia mengawali akuisisi teknologi maju dengan langsung membangun pabrik perakitan elektronik hasil kerjasama dengan perusahaan asing untuk bisa dinikmati hasilnya.

Baru kemudian, Indonesia memasuki era pembangunan industri pesawat terbang.

Hal ini dimulai dengan modal lisensi dari CASA Spanyol dan Bell Helicopter serta Superpuma dari Perancis, baru kemudian Indonesia mendesain sendiri pesawat turboprop N250.

“Kini, saatnya baik China dan Indonesia menciptakan landskap pembangunan ekonomi bersama dengan bisnis model baru, sekaligus membangun industri teknologinya,” ujar Jusman.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com