Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Sektor-sektor Prospektif Sepanjang 2016

Kompas.com - 07/03/2016, 09:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun ini, perekonomian Indonesia diprediksi lebih baik dibandingkan tahun lalu. Pemulihan ekonomi nasional diyakini bakal merembet ke pasar modal.

Di akhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke level 4.850,88. Ini menguat 2,49 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu atau year to date (ytd), indeks saham sudah menanjak 5,61 persen.

Ada sejumlah faktor yang turut mendorong IHSG. Misalnya, inflasi rendah, rupiah stabil dan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate).

Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities, menilai, pendorong indeks tahun ini berasal dari sektor konsumer, bank dan infrastruktur. Ketiga sektor itu memiliki prospek cukup baik.

Sifat konsumsif masyarakat Indonesia masih menjadi pendorong pertumbuhan sektor konsumer dan perbankan. Adapun sektor infrasturktur terdongkrak proyek pemerintah.

"Kami melihat, sektor consumer goods, perbankan, dan infrastruktur masih menjadi andalan pada tahun ini. Sedangkan sektor komoditas masih akan hati-hati karena banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor," ujarnya, kepada Kontan, Minggu (6/3/2016).

Adapun sektor komoditas pertambangan masih tertahan pada tahun ini. Kalaupun bertumbuh, pencapaiannya tak signifikan. "Indeks manufaktur di Eropa, Amerika dan Tiongkok tidak bertumbuh. Itu menggambarkan permintaan komoditas cenderung turun dan emiten sektor komoditas perlu mengubah strateginya tahun ini," kata Reza.

Andrew Argado, Kepala Riset Recapital Securities, memprediksi, sektor komoditas tahun ini masih loyo. Pasalnya, permintaan dari negara importir komoditas terbesar yakni Tiongkok belum menunjukkan perbaikan.

Dana asing

Andrew juga menilai, infrastruktur akan menjadi sektor yang meraup berkah dari proyek pemerintah. Sedangkan konsumer dan perbankan selalu stabil dibandingkan sektor lain.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, memprediksi, IHSG berpeluang menguat terbatas. Ada katalis positif dari kenaikan bursa AS, akibat data tenaga kerja setempat yang meningkat.

Selain itu, pasar saham didukung kenaikan harga minyak mentah belakangan ini. Di dalam negeri, data cadangan devisa Indonesia juga berpotensi lebih baik.

“Sepertinya ada koreksi dulu. Tapi di bulan Maret hingga April ini IHSG berpeluang ke level 5.000-an. Koreksi di jangka pendek ada, tapi sesudah itu berpotensi naik lain,” prediksi Hans.

Di sisi lain, para pemodal asing kembali mengakumulasi beli saham di Bursa Efek Indonesia. Hingga pekan lalu, asing mencatatkan nilai pembelian bersih (net buy) senilai Rp 3,79 triliun.

“BI rate juga masih berpotensi turun menjadi 6,5 persen hingga 6,75 persen di akhir tahun ini. Apabila inflasi 4 persen, bisa saja BI rate turun ke level 6 persen,” ungkap Hans. Namun, para pelaku pasar juga perlu mewaspadai sejumlah faktor yang bisa menghambat laju indeks saham. Misalnya, penundaan aturan tax amnesty.

Dalam sepekan ke depan, level resistance IHSG kemungkinan di posisi 4.868 hingga 4.992, sementara support-nya 4.781-4.691. Hingga akhir tahun nanti, Hans menargetkan IHSG di 5.700.

Lucky Bayu Purnomo, analis LBP Enteprise, memproyeksikan, dalam waktu dekat IHSG belum akan mencapai level 5.000. Pekan depan, indeks memang berpotensi naik, tapi hanya di level 4.900-an.

Artinya, di jangka pendek masih sulit bagi indeks saham untuk menembus level 5.000, meski dana asing mulai merangsek pasar domestik. "Capital inflow sudah dapat dirasakan, terbukti dengan kenaikan IHSG dari sebelumnya 4.700 kini naik ke 4.800," ujar dia.

Valuasi indeks saat ini di area overbought, di mana mayoritas pelaku pasar sudah menilai kenaikan indeks pada titik optimal. Meski sadar valuasi IHSG tinggi, secara harga indeks saham lokasi dinilai belum mahal. (Andy Dwijayanto, Eldo Christoffel Rafael)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com