Haviez mengatakan, saat ini konsorsium terus mengkaji kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) guna memastikan pekerjaan-pekerjaan proyek pada tahap awal tetap berlangsung.
"Sehingga kami dapat secepat mungkin melakukan pekerjaan ketika persetujuan sudah diberikan," sambung Haviez.
Dia juga bilang, Shell Indonesia dan Inpex Indonesia tetap berkomitmen untuk membangun lapangan gas Abadi menggunakan teknologi FLNG.
Sebab, teknologi FLNG dinilai sebagai opsi terbaik, paling efektif biaya, dan membawa lebih banyak manfaat untuk Indonesia.
Senada dengan Haviez, Senior Communication Manager Inpex Corporation Usman Slamet mengatakan, begitu pemerintah memberikan persetujuan terhadap revisi PoD, pihaknya bersama Shell akan segera melakukan pekerjaan tahap selanjutnya, yakni Front End Engineering and Design (FEED).
Sebagai informasi, pada November 2014 Inpex Indonesia telah menyampaikan keekonomian proyek berdasarkan FEED FLNG sebesar 2,5 Million Tonnes per Annum (MTPA).
Angka ini direvisi menjadi 7,5 MTPA dan telah disetujui oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).