Memegang jabatan baru, Tiko, panggilan akrab Kartika, mengaku saat ini situasi perbankan nasional masih menantang. Meskipun situasi perbankan nasional masih belum terlalu kondusif, strategi bisnis perseroan sama sekali tidak ada perubahan.
Dalam kurun hingga 2 tahun mendatang, kata Tiko, Bank Mandiri tidak melakukan perubahan apapun terkait strategi.
"Dari strategi bisnis tidak ada perubahan secara material. Perubahan market, situasi perbankan masih challenging kami lihat 1 sampai 2 tahun ini. Tetapi, strategi tidak berubah," ujar Tiko dalam konferensi pers di Plaza Mandiri, Senin (21/3/2016) malam.
Terkait persaingan bisnis dengan bank-bank BUMN lainnya, Tiko tidak menampik adanya kompetisi.
Selama 17 tahun terakhir eksistensi Bank Mandiri, ujar Tiko, kompetisi perseroan sangat terasa di bisnis korporasi.
Akan tetapi saat ini Bank Mandiri telah mampu melayani konsumen mikro, tidak hanya nasabah korporasi besar.
"Mungkin bagaimana kami bisa dekat ke pasar, tapi pasar tidak bergesekan dengan segmen-segmen yang kami ajukan dengan bank BUMN lain. Jadi, kami atur marketnya supaya bisa tetap tumbuh secara universal tapi kuat," jelas Tiko.
Berkaca dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang kuat pada bisnis mikro, maka Tiko menyatakan Bank Mandiri harus memiliki penetrasi yang paling dalam di bisnis wholesale.
Wholesale Banking
Sejalan dengan Tiko, Deputi Pengembangan Usaha Jasa Keuangan Kementerian BUMN Gatot Triharo menyatakan, Tiko diharapkan mampu membawa Bank Mandiri untuk kuat dalam sektor wholesale dan corporate banking.
Menurut dia, Indonesia membutuhkan bank yang besar dan diharapkan Bank Mandiri dapat menjadi bank yang dimaksud.
"Kedepan wholesale sama corporate harus bisa diperkuat, karena memang negara kita butuh bank yanb besar seperti Bank Mandiri. Tahun 2020 target Bank Mandiri menjadi bank yang Qualified Asian Bank," tutur Gatot.