JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) telah melakukan serangkaian pelonggaran kebijakan moneter sejak awal tahun 2016.
Tidak hanya menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate, bank sentral juga menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam rupiah.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter, bank sentral memantau berbagai kondisi.
Mirza menyebut, pihaknya memantau kondisi dan data ekonomi baik dari dalam maupun luar negeri.
"Suku bunga harus melihat faktor makro dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, inflasi salah satunya," kata Mirza di kantornya di Jakarta, Jumat (1/4/2016).
(Baca : Agar Suku Bunga Turun, BI Minta Inflasi Tetap Terjaga)
Sementara itu, faktor dari luar negeri yang dipantau BI adalah kebijakan bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed.
"Statement dari Gubernur The Fed bahwa kebijakan suku bunga AS masih akan dipertahankan cukup longgar sehingga kenaikan suku bunga kedua tidak terburu-buru. Penting sekali memperhatikan suku bunga AS," jelas Mirza.
Kondisi eksternal lain yang diperhatikan BI adalah kondisi ekonomi China.
Mirza mengatakan, setiap hari pasar memantau bagaimana China melakukan fixing kurs yuan terhadap dollar AS.
"Karena itu kita mencoba membaca arah kebijakan kursnya China yang akan mempengaruhi kebijakan moneter di negara-negara berkembang termasuk Indonesia," tutur Mirza.