LONDON, KOMPAS.com - Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) melaporkan peningkatan anggaran pertahanan global mulai terjadi. Ini adalah yang pertama kalinya sejak AS mulai mengurangi jumlah pasukannya di Irak dan Afghanistan.
SIPRI mencatat, anggaran pertahanan naik 1 persen menjadi 1,68 triliun dollar AS pada tahun 2015, atau 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.
Hal ini tertuang dalam laporan yang dirilis SIPRI pada Selasa (5/4/2016) waktu setempat.
Anggaran pertahanan AS adalah yang tertinggi di dunia, yakni 596 miliar dollar AS, lebih rendah 2,4 persen dibanding tahun 2014. Adapun China naik 7,4 persen menjadi 215 miliar dollar AS.
Kekhawatiran akan peningkatan invasi Rusia ke teritori NATO menyusul invasi ke Krimea dan kondisi di Ukraina timur mendorong peningkatan anggaran pertahanan di Eropa Timur.
Pada saat yang sama, ambisi China di Laut China Selatan mendorong peningkatan pembelian alutsista oleh negara-negara Asia Tenggara.
"Anggaran pertahanan mengalami tekanan sejak krisis finansial, beberapa negara seperti Inggris, Jerman, dan Perancis pun memangkas anggarannya.
Namun, menyusul teror di Paris pada bulan November dan ekspansi kampanye melawan ISIS memicu peningkatan kecil pada anggaran pertahanan pada tahun 2016," ujar Sam Perlo-Freeman, penulis laporan tersebut.
Rusia menempati peringkat keempat dunia dalam belanja pertahanan, menyusul harga minyak yang jatuh menekan ekonomi negara tersebut.
Adapun Arab Saudi kini menempati peringkat ketiga. Menurut Perlo-Freeman, anggaran pertahanan Rusia menurun dalam hal nominal dan persentasenya turun 8 persen.
Sementara itu, India menempati peringkat keenam, di bawah Inggris yang berada di peringkat ketiga.
Analis dari IHS Jane mencatat, Inggris akan berada pada peringkat keempat pada tahun 2017. Adapun anggaran pertahanan Inggris akan naik 13 persen menjadi 50,7 miliar dollar AS.