Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Keuangan Indonesia Belum Optimal

Kompas.com - 08/04/2016, 13:52 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang PS Brodjonegoro menyatakan, pasar keuangan Indonesia saat ini masih belum optimal. Ini terlihat dari Dana Pihak Ketiga (DPK) Indonesia yang hanya 40,7 persen dari PDB (produk Domestik Bruto).

Sebaliknya, DPK terhadap PDB negara-negara tetangga seperti Singapura telah mencapai 137 persen, Malaysia 94 persen, dan Filipina 55 persen. "Nilai transaksi di pasar modal sendiri kita hanya 45,2 persen dari PDB, sedangkan Thailand sudah 104 persen dan Malaysia 156 persen," kata Bambang di Jakarta, Jumat (8/4/2016).

Berbekal latar belakang itu, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan sepakat membentuk Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK). Bambang mengatakan, forum koordinasi penting untuk ketersediaan dana bagi pembangunan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan serta inklusif.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad menuturkan,  forum koordinasi antarlembaga itu diharapkan mampu memberi pemenuhan kebutuhan pembiayaan pembangunan melalui berbagai macam instrumen keuangan. Dengan begitu, pembiayaan pembangunan dapat terpenuhi untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkesinambungan, dan inklusif. "Suatu tanda bahwa negara akan maju atau berkembangnya industri keuangan negara maju ditandai dengan semakin tingginya pendalaman pasar keuangan," ungkapnya.

Jika pendalaman keuangan terjadi di suatu negara, hal itu bisa dilihat dari semakin besarnya pembiayaan dari perbankan. Kemudian, lanjut Muliaman, akan muncul pembiayaan alternatif yang bisa dibangun atau mobilisasi dari sektor di luar perbankan.

Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyatakan, pendalaman pasar keuangan bertujuan untuk mengejar ketertinggalan pasar keuangan Indonesia dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Pasar yang dalam dan likuid, kata Agus, masih jauh dari harapan karena volume transaksi valuta asing (valas) masih di kisaran 4 hingga 5 miliar dollar AS per hari. "Malah sebagian besarnya dari transaksi spot atau tunai. Ini jauh di bawah Thailand yang sudah mencapai 11 miliar dollar AS per hari dan Malaysia yang sudah 13 miliar dollar AS per hari," jelas Agus.

Ia memandang, masih banyak ruang perbaikan agar pasar keuangan menjadi lebih dalam dan likuid. Untuk rasio pasar obligasi, Indonesia hanya sebesar 2 persen dari PDB. Ini tertinggal jauh pula dari Malaysia yang sudah 57 persen dan Thailand yang mencapai 23 persen dari PDB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com