Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Susi: Peta Industri Perikanan Asia Tenggara Mulai Bergeser

Kompas.com - 16/04/2016, 20:54 WIB
SINGAPURA, KOMPAS.com — Sampai dua tahun lalu, industri pengolahan ikan di Asia Tenggara dikuasai oleh Thailand dan Filipina.
 
Ekspor ikan olahan dan ikan mentah dari kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
 
Sementara itu, Indonesia sebagai pemilik lautan terluas dan garis panjang pantai terpanjang di Asia Tenggara hanya menduduki posisi ketiga.
 
"Namun, kini situasinya mulai berubah. Kekuatan industri perikanan di Asia Tenggara mulai bergeser ke Indonesia," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Sabtu (16/4/2016), di Singapura, seperti dilaporkan wartawan Kompas.com, M Fajar Marta.
 
Menurut Susi, ikan-ikan yang diolah di Thailand dan Filipina untuk kemudian mereka ekspor sebenarnya banyak yang berasal dari perairan Indonesia.
 
Lemahnya penegakan hukum terhadap pencurian ikan (illegal fishing) pada masa lalu membuat nelayan dan perusahaan penangkapan ikan Thailand, Filipina, dan lainnya bebas menangkap ikan di Indonesia dan kemudian membawanya ke negara mereka untuk diolah dan diekspor.
 
"Tragisnya, ikan yang mereka ambil dari Indonesia ada juga yang diekspor ke Indonesia. Jadi, kita membeli ikan yang mereka ambil dari kita," kata Susi.
 
Sekarang, kata Susi, dengan kebijakan moratorium perizinan kapal eks asing, mereka tak bisa lagi seenaknya menangkap ikan dari Indonesia.
 
Larangan bongkar muat ikan di tengah laut (transhipment) semakin menutup pasokan ikan ke Thailand dan Filipina.
 
Dampaknya, kinerja industri pengolahan perikanan di Thailand dan Filipina merosot. Ekspor perikanan mereka juga menyusut jauh.
 
Sementara itu, Indonesia mulai merasakan manfaatnya. Nelayan-nelayan di Tanah Air tak lagi sulit mendapatkan ikan. Kesejahteraan mereka mulai meningkat.
 
Karena tidak lagi dieksploitasi, ikan-ikan di laut memiliki kesempatan untuk berkembang biak dan tumbuh besar. Nelayan tak perlu lagi melaut jauh ke tengah karena di pinggiran ikan sudah tersedia.
 
Menyadari tak bisa lagi mengandalkan ikan curian dari Indonesia, perusahaan pengolahan ikan dari Thailand dan Filipina akhirnya datang ke Indonesia untuk berinvestasi.
 
"Banyak perusahaan dari Thailand dan Filipina yang kini mengajukan permohonan membuka pabrik pengolahan ikan di Indonesia," kata Susi.
 
Jadi, menurut Susi, kebijakan yang diterapkannya tidak sebatas menghilangkan pencurian ikan, tetapi dalam jangka menengah panjang memperkuat industri perikanan secara keseluruhan.
 
Tujuan akhirnya adalah menjadikan Indonesia sebagai bangsa maritim yang besar seperti dicanangkan dalam Nawacita.
 
"Itulah grand strategy yang kami jalankan," kata Susi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com