Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rizal Ramli Kritik Sistem Pendidikan Nasional yang Tak Utamakan Kejuruan

Kompas.com - 19/04/2016, 15:46 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli mengkritik sistem pendidikan nasional yang dianggap terlalu terlalu fokus pada pendidikan umum layaknya di Amerika dan Inggris.

Padahal, tutur dia, yang dibutuhkan Indonesia justru sistem pendidikan kejuruan.

"Bayangkan total anggaran pendidikan itu Rp 414 triliun itu seluruhnya untuk pendidikan umum. Kita terlalu mengikuti sistem seperti Amerika dan Inggris," ujar Rizal usai rapat dengan Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri di Jakarta, Selasa (19/4/2016).

Ia mengakui hasil tempaan sistem pendidikan umum telah menghasilkan para lulusan atau calon tenaga kerja yang berpengetahuan luas. Namun, kebanyakan calon tenaga kerja itu justru tidak memiliki skill atau keahlian khusus.

Akibatnya, sektor industri tidak dengan mudah bisa merekrut para calon tenaga kerja hasil tempaan sistem pendidikan yang umum tersebut.

Lantaran hal itulah, Rizal ingin adanya transformasi tenaga kerja Indonesia dari yang sifatnya umum, menjadi tenaga kerja profesional yang memiliki modal skil.

Transformasi itu diawali dengan adanya perubahan sistem pendidikan. Padahal tutur dia, di sejumlah negara misalnya di Jerman, Swiss, dan Australia, sistem pendidikan tidak meninggalkan pendidikan kejuruan.

Bahkan, kata Rizal, di negera-negara tersebut banyak terdapat tempat pelatihan dan politeknik.

Bila transformasi dilakukan, dia yakin kualitas tenaga kerja Indonesia kian meningkat sehingga bisa menunjang pertumbuhan ekonomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com