LONDON, KOMPAS.com - Dalam pidato sambutannya pada pertemuan dengan pimpinan lembaga keuangan internasional di Grosvenor House, Selasa 20 April 2016, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menekankan pentingnya reformasi ekonomi dalam menghadapi pelemahan ekonomi global.
Menurut Presiden, Indonesia seperti negara-negara lain di dunia juga terkena dampak global, seperti Tiongkok yang tengah mengalami transisi ekonomi.
Sementara itu, di Eropa tengah menghadapi isu keamanan dan sosial. Kondisi ekonomi dunia juga kini tengah melemah dan berpengaruh pada ekspor banyak negara.
"Pelemahan yang terjadi justru menjadi peluang bagi kami untuk melakukan reformasi ekonomi. Memang ada yang setuju dengan reformasi dan tidak sedikit yang menolaknya. Tapi kami tegaskan bahwa reformasi harus berjalan dan terus berjalan," ujar Presiden, seperti dikutip dari siaran pers Tim komunikasi Presiden ke Kompas.com.
Jokowi melanjutkan, fFokus reformasi yang ditekankan saat ini adalah keterbukaan dan kompetisi. "Kami harus terbuka dan tidak mungkin lagi menjadi tertutup," kata Presiden.
Kompetisi, lanjut Presiden, akan membawa perbaikan dan menuju kondisi yang lebih baik.
Presiden memberikan contoh apa yang terjadi di sektor penerbangan, dimana pada awalnya hanya terdapat 3 maskapai penerbangan.
"Tapi setelah terbuka, kini telah terdapat 70 maskapai penerbangan. Bahkan dengan kompetisi yang sangat ketat Garuda nyaris bangkrut dua kali," kata Presiden.
Saat ini, industri penerbangan telah tumbuh tiga kali lipat. Karena kompetisi yang sangat ketat. Tiket menjadi lebih murah dan masyarakat memiliki banyak pilihan penerbangan.
Bahkan Garuda berhasil bangkit dan kini telah menjadi satu dari tujuh maskapai penerbangan terbaik dunia dan diberi lima bintang," ujar Presiden.
Kompetisi seperti itu juga dialami oleh sektor perbankan, stasiun pengisian bahan bakar dan bioskop. Oleh sebab itu, sekarang Indonesia melakukan deregulasi dan membuka banyak sektor.
Turut hadir dalam pertemuan ini, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.
Di antara delegasi lembaga keuangan internasional yang hadir antara lain pihak Goldman Sachs, JP Morgan Asset Management, Schroder, Fitch Ratings dan London Stock Exchange Group.