NEW YORK, KOMPAS.com – Saham raksasa teknologi dunia Apple merosot hingga di bawah 92 dollar AS. Selama tahun 2016 ini saja, saham Apple sudah jatuh 12 persen dan pada akhir pecan lalu, saham Apple ditutup pada level terendah sejak Juni 2014 silam.
Ini adalah pukulan telak bagi Apple. Padahal, saham produsen iPad dan iPhone tersebut merupakan saham yang paling popular di kalangan investor perorangan.
Permasalahan yang menimpa saham Apple sebenarnya tidak lepas dari penjualan yang mengalami penurunan untuk pertama kalinya sejak tahun 2003.
Kejadian yang jarang ini disebabkan penurunan penjualan iPhone, yang merupakan refleksi dari kegagalan iPhone 6S dalam mendorong antusiasme dari pemilik iPhone seri terdahulunya.
Beberapa hari kemudian, investor kawakan Carl Icahn yang merupakan pendukung kinerja Apple di lantai bursa, menyatakan telah “membuang” saham Apple yang dimilikinya.
Investor dan miliarder ini menyoroti risiko atas upaya Apple untuk lebih dalam masuk ke pasar China, sumber penjualan Apple terbesar kedua setelah AS.
Menurut Icahn, meski Apple masih merupakan salah satu perusahaan besar, namun ia merasa cemas tentang bagaimana pemerintah China dapat mempersulit penjualan Apple di negara itu.
Kecemasan Icahn ini didukung fakta bahwa layanan iBooks dan iTunes Movie terhambat regulator sensor di China.
CEO Apple Tim Cook pun kabarnya berencana mengunjungi China pada bulan ini. Cook rencananya bakal bertemu dengan pejabat tingkat tinggi China.
Kecemasan akan kondisi di China membuat Apple menjadi saham terburuk kedua di bursa Dow Jones tahun ini, berada di bawah Intel.