Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF: Korupsi dan Suap Sedot Triliunan Dollar AS Tiap Tahun

Kompas.com - 12/05/2016, 10:19 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan tindak pidana suap menyedot antara 1,5 triliun hingga 2 triliun dollar AS di seluruh dunia tiap tahun. Akhirnya, ekonomi pun menurun dan memperburuk layanan sosial bagi masyarakat tak mampu.

Dalam laporan terbarunya mengenai dampak korupsi, IMF menyatakan tindak suap, gratifikasi, dan tindakan curang sejenisnya baik di negara kaya maupun miskin terbukti membatasi pertumbuhan ekonomi dan menurunkan gaung kebijakan pemerintah.

Managing Director IMF Christine Lagarde menyatakan, kini semakin banyak pemimpin dunia yang secara terbuka mencari pertolongan untuk melawan tindakan kejahatan tersebut.

"Baik kemiskinan maupun pengangguran dapat menjadi gelaja korupsi yang kronis. Walaupun biaya ekonomi langsung akibat korupsi sudah diketahui, namun biaya tidak langsungnya dapat lebih substansial dan melemahkan, berujung pada rendahnya pertumbuhan dan kesenjangan pendapatan yang lebih besar," jelas Lagarde.

Lagarde tak setuju ide bahwa korupsi adalah fenomena kultural yang susah diubah di banyak negara. Faktanya, di banyak negara telah ditemukan cara untuk menangani tindak tersebut.

"Mendiang pemimpin Singapura Lee Kuan Yew sangat efektif baik dalam memberi sinyal kebijakan tanpa toleransi terhadap korupsi dan membangun institusi yang kompeten saat itu ketika korupsi sangat menjalar di Singapura," ujar Lagarde.

Dalam laporannya, IMF menyatakan korupsi memicu inefisiensi ekonomi, merusak kebijakan publik, dan memperparah kesenjangan. Selain itu, korupsi juga membuat investor lokal maupun asing enggan berinvestasi.

"Investor pada dasarnya mencari negara yang bisa memberi mereka jaminan bahwa ketika investasi dilakukan, mereka tidak akan didorong untuk melakukan suap," terang Lagarde. 

Kompas TV Praktik Korupsi Terjadi di Akar Rumput â?? Dua Arah.mp4

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com