Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Murniati Mukhlisin
Praktisi Ekonomi Syariah

Pakar Ekonomi dan Bisnis Digital Syariah/Pendiri Sakinah Finance dan Sobat Syariah/Dosen Institut Tazkia

Ini Cara agar Keuangan Kita Berantakan

Kompas.com - 29/05/2016, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

KOMPAS.com - "Cash is King” begitulah jargon saat ini. Namun tetap saja tidak menjadi perhatian.

Bukan hanya orang dengan pendapatan kelas bawah tapi juga orang yang hidup di atas pendapatan rata–rata. Buktinya banyak yang menikmati gaya hidup dengan cashflow yang pas – pasan atau negatif.

Untuk itu, mari ikuti ulasan hari ini mengenai tujuh cara yang membuat keuangan  kita berantakan. Mau coba bagaimana rasanya tidak punya uang sepeserpun di tangan? Ayo ikuti tujuh cara berikut:

1. Tinggalkan ide kuno membuat anggaran keuangan

Membuat anggaran keuangan sangat membosankan dan kadang membuang waktu dan sia–sia belaka. Apalagi jika setelah dibuat, anggaran meleset jauh dari yang direalisasikan.

Ternyata bukan hanya keluarga, para perusahaan dan pemerintah juga harus berfikir keras bagaimana supaya pendapatan dan pengeluaran yang direalisasikan sesuai dengan yang dianggarkan.

Sering kita dengar pemerintah mengeluarkan anggaran versi revisi, misalnya APBN-P, untuk memastikan supaya kegiatan pemerintah dapat menyedot anggaran yang masih tersisa atau mengepaskan yang kurang. Jadi tinggalkan saja ide kuno ini, setuju?!

Jangan putus asa dulu, ayo coba lagi. Jika keluarga punya masalah seperti ini, tentu saja normal. Ini karena hidup yang penuh dinamika dan ada yang tidak bisa diperkirakan.

Ada banyak model anggaran yang dapat dicoba, misalnya Zero Based Budgeting (ZBB), istilah bisnis moderen yang digunakan untuk mengindentifikasikan, merencanakan dan mengawasi program dan kegiatan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi.

Ketika membuat anggaran, jangan selalu melihat ke belakang karena banyak hal yang tidak relevan lagi. Fokus kepada kegiatan rumah tangga untuk setahun dan sebulan ke depan.

2. AcuhkanTagihan

Kita semua pusing kalau terlalu banyak tagihan yang datang ke rumah atau tiba–tiba meyelip di rekening online kita, membabat sisa uang di bank. Biarkan saja, toh tagihan pasti datang, kenapa pusing?

Ternyata ini bahaya, karena kalau menunggak biasanya ada denda yang harus dibayar dan bisa–bisa karena sering dapat “Collect 1, 2 atau terakhir Collect 5”. Kita dianggap sebagai nasabah kurang baik ketika proses BI Checking (pemeriksaan Bank Indonesia).

Untuk membersihkan nama dari blacklist BI bukan main susahnya dan tentu berdampak tidak baik ke depannya. Belum lagi dampak utang ketika meninggal dunia dan harta waris.

Nah kalau tidak mau dikejar–kejar penagih hutang dan demi menjaga nama baik serta amal soleh dunia akhirat pastikan tagihan hutang diberikan prioritas seperti listrik, air, handphone, pembiayaan KPR syariah, pembayaran cicilan motor atau mobil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com