Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perawatan Paliatif Rachel House, Kekuatan di Batas Penyakit Kronis Anak

Kompas.com - 30/05/2016, 11:30 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

KOMPAS.com — S (10) hanya bisa termangu sembari memeluk erat Nurul, neneknya, yang duduk di beranda siang itu. Sejak tujuh tahun lalu, setelah ibunya meninggal, S memang tinggal bersama Nurul di salah satu wilayah di Jakarta.

Awalnya, S tampak seperti anak-anak seumurannya. Ceria dan suka bermain. Hingga satu hari, pada 2012 lalu, kondisi S memburuk. Badannya mengurus. Ia jadi pemurung. S adalah salah satu anak Indonesia yang hidup dengan HIV.

Sungguh suatu kondisi yang sangat berat, apalagi untuk bocah 10 tahun. Saat kondisi S kian memburuk pada 2013, Yayasan Rumah Rachel (Rachel House) datang dan memberikan pelayanan perawatan kepada S. Ia mengalami gizi buruk dan sering sesak napas.

“Saat pertama kali saya datang, pasien mengalami gangguan gejala sesak yang terus-menerus. Kemudian S dirawat untuk perbaikan kondisi,” ujar Surti, perawat Yayasan Rumah Rachel, dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan dalam video di situs web Rachel House.

Yayasan Rumah Rachel adalah organisasi nirlaba yang memberikan perawatan paliatif bagi anak-anak penderita kanker stadium akhir dan anak-anak dengan HIV di Indonesia. Yayasan ini didirikan pada 2006 silam.

Perawatan paliatif merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya. Dalam menghadapi banyak masalah terkait penyakit mengancam jiwa, biasanya pasien dan keluarga justru mengalami tekanan yang besar.

Melalui perawatan paliatif, tenaga perawat akan berupaya meringankan penderitaan dengan deteksi dini, pengkajian menyeluruh dan penanganan nyeri, serta masalah lain baik fisik, psikososial, maupun spiritual.

Dukungan secara psikologis dengan memberikan kasih sayang kepada pasien yang menderita penyakit kronis merupakan dasar perawatan paliatif.

Misalnya dalam kasus S, Surti mengunjungi S dan neneknya setiap minggu untuk memberikan perawatan. Berkat perawatan itu, kondisi S perlahan membaik dari sebelumnya.

Bahkan, Surti juga yang memberikan pelatihan kepada Nurul untuk memberikan perawatan yang baik kepada S.

“Jadi kita sering konsul. Banyak perubahan (pada konsisi S). Saya ingin dia sehat seperti sedia kala,” kata Nurul dalam video tersebut.

Nurul tidak pernah sekali pun memberi tahu S tentang penyakit itu. Ia hanya selalu menuruti apa pun keinginan S lantaran tak ingin melihat cucu kesayangannya itu sedih dan murung.

Di Indonesia, ada sekitar 15.000 anak yang hidup dengan HIV dan kanker. Namun, hanya ada sekitar 72 dokter onkologi anak.

Onkologi adalah ilmu kedokteran yang berkonsentrasi pada diagnosis, penanganan serta pencegahan tumor dan kanker. Sistem kesehatan di Indonesia sendiri masih jauh dari kata sempurna.

Masih banyak anak Indonesia, terutama masyarakat tidak mampu, yang belum atau bahkan tidak mendapatkan perawatan sesuai yang dubutuhkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com