Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joice Tauris Santi
Wartawan

Wartawan Kompas. Pemegang sertifikasi Certified Financial Planner (CFP), penulis buku, berminat pada perencanaan keuangan keluarga

Kapan Waktu yang Tepat Memenuhi Keinginan?

Kompas.com - 31/05/2016, 17:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnu Nugroho

Apa perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan? Memang bedanya tipis, begitu tipis sehingga banyak orang yang tidak dapat membedakannya.

Konsekuensinya, anggaran belanja menjadi semakin besar, bahkan bisa jadi lebih besar ketimbang pendapatan demi memuaskan keinginan.

Makan adalah kebutuhan. Makan siang di restoran ternama yang mahal setiap hari, adalah keinginan.

Membeli rumah secara kredit yang sesuai dengan kemampuan cicilan adalah kebutuhan. Membeli rumah besar, lengkap dengan kolam renang sehingga pendapatan akhirnya sangat menipis karena harus membayar cicilan besar, adalah keinginan.

Membeli tas untuk membawa barang-barang ke kantor merupakan kebutuhan. Sebaliknya, membeli tas yang terbuat dari kulit burung unta, bermerek dan berharga selangit merupakan keinginan.

Penyebab prahara

Tidak mampu membedakan keinginan dan kebutuhan bisa menjadi salah satu penyebab prahara finansial keluarga. Besar pasak daripada tiang, itulah yang terjadi.

Apakah kita tidak boleh berkeinginan untuk membeli rumah lebih besar, kendaraan lebih bagus? Tentu saja boleh, jika waktunya tepat.

Seperti ungkapan semua akan indah pada waktunya, demikian juga dengan keinginan-keinginan tersebut. Keinginan itu akan menjadi lebih indah, lebih bermanfaat, ketika saatnya yang tepat tiba.

Memenuhi keinginan akan sangat baik jika kita telah memiliki pendapatan pasif. Pendapatan pasif adalah pendapatan yang diperoleh tanpa kita bekerja secara langsung. Pendapatan ini diperoleh dari aset yang kita miliki.

Sumber aset yang dapat memberikan pendapatan pasif misanya adalah surat berharga, properti dan bisnis yang dikelola tidak langsung juga hak kekayaan intelektual.

Surat berharga memberikan dividen, properti yang disewakan menghasilkan arus kas, demikian pula dengan bisnis yang dikelola orang lain juga memberikan penghasilan.

Penghasilan yang diperoleh dari pendapatan pasif itulah yang sebaiknya digunakan untuk membeli hal-hal yang kita inginkan setelah hal-hal yang kita butuhkan dipenuhi oleh pendapatan aktif seperti gaji dari perusahaan tempat kita bekerja.

Uang yang dikumpulkan hasil penyewaan ruko dapat digunakan untuk membeli mobil baru yang lebih bagus. Demikian pula dengan uang hasil bisnis, dapat digunakan untuk membeli rumah yang lebih besar.

Dividen dari saham, bolehlah digunakan untuk membeli jam tangan mahal. Demikian pula dengan royalti yang didapatkan dari penulisan buku.

Belum punya pendapatan pasif, sebaiknya tahan dulu ya berbagai keinginan itu…

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Cara Cek Angsuran KPR BCA secara 'Online' melalui myBCA

Cara Cek Angsuran KPR BCA secara "Online" melalui myBCA

Work Smart
10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

Whats New
Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Whats New
Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Whats New
BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com