Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya Kesehatan Naik Tajam, Kopelindo Harus Kreatif untuk Jaga 'Cash Flow'

Kompas.com - 03/06/2016, 18:25 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti, selaku pembina Kopelindo meminta agar pengurus koperasi pegawai dan pensiunan Bulog itu mencari cara-cara kreatif agar arus kas tetap aman, di tengah membengkaknya biaya kesehatan yang diberikan kepada peserta.

Selama setahun, biaya kesehatan naik 75,24 persen. Pada 2014, Kopelindo mengeluarkan biaya kesehatan sebesar Rp 22,8 miliar. Sedangkan pada 2015, Kopelindo harus merogoh hingga Rp 40 miliar.

Djarot menyampaikan, makin besarnya biaya kesehatan, di satu sisi menunjukkan bahwa Kopelindo semakin memperhatikan kesejahteraan pesertanya.

Apalagi sebagian peserta Kopelindo adalah pensiunan Bulog yang pada masa lalu belum menerima asuransi kesehatan layak.

"(Namun) Hal ini perlu dipikirkan secara serius. Pengurus harus mencari instrumen yang lebih efisien, sehingga biaya kesehatan tidak menjadi beban," ucap Djarot dalam sambutan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Kopelindo, Jakarta, Jumat (3/6/2016).

Salah satu yang bisa dilakukan adalah Kopelindo bisa melirik sektor-sektor yang saat ini sedang tumbuh seperti infrastruktur.

Djarot bilang, akan lebih bagus lagi kalau Kopelindo memfokuskan diri pada infrastruktur pangan.

Adapun infrastruktur pangan yang dimaksud diantaranya yaitu gudang, silo, dan fasilitas pengolahan (processing).

Djarot menambahkan, aset-aset Bulog yang kurang produktif juga bisa dikerjasamakan dengan Kopelindo.

Kopelindo pada tahun lalu membukukan pendapatan sebesar Rp 147,6 miliar, atau naik 18 persen dibandingkan 2014 yang hanya Rp 124,6 miliar.

Sedangkan asetnya mencapai Rp 2,68 triliun atau naik 7 persen dibandingkan 2014 yang sebesar Rp 2,5 triliun.

Ketua Kopelindo Deddy SA Kodir mengatakan, saat ini jumlah peserta koperasi mencapai 9.881 orang.

Deddy mengatakan manfaat yang diberikan koperasi kepada anggotanya antara lain sisa hasil usaha (SHU), asuransi kesehatan, tunjangan beras, uang duka, kerohiman, serta tambahan penghasilan pensiunan Bulog yang pada saat pensiun belum menjadi pegawai negeri.

"Kalau ada kegiatan 'Bulog Peduli' kami juga selalu ikut. Ini sejalan dengan prinsip koperasi, usaha tumbuh dan berkembang, serta memberikan hasil atau manfaat bagi masyarakat dan peserta koperasi," kata Deddy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com