Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infrastruktur Bulog Sudah Tidak Ideal

Kompas.com - 03/06/2016, 19:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengakui bahwa infrastruktur badan urusan logistik itu, kini sudah tidak ideal lagi dengan perkembangan kota di mana bangunan tersebut berdiri.

Untuk pergudangan misalnya, Djarot mengatakan, banyak gudang yang dibangun 15-20 tahun silam, kini letaknya tepat di jalan-jalan arteri.

Mobilitas barang dari dan menuju gudang tentu sulit di jalan-jalan arteri yang umumnya dipadati kendaraan umum maupun pribadi.

"Kita punya gudang di jalan-jalan utama. Kan sudah tidak cocok lagi untuk gudang. Artinya sudah mengganggu kota itu. Kan harus diubah, apakah menjadi fungsi perkantoran atau pasar modern," kata Djarot di Jakarta, Jumat (3/6/2016).

Tak mau aset Bulog terbengkalai, Djarot mendorong koperasi pegawai dan pensiunan Bulog, Kopelindo, untuk bisa memanfaatkan aset-aset tersebut secara optimal.

"Infrastruktur Bulog dibangun 15-20 tahun yang lalu. Pada saat itu cocok. Tapi dengan berjalannya waktu kan mungkin butuh perubahan, modernisasi maupun jumlahnya," imbuhnya.

Selain pemanfaatan aset secara optimal, Kopelindo juga diminta untuk ikut membangun infrastruktur pangan seperti pergudangan, silo, dan fasilitas pengolahan (processing).

Pasalnya, kata Djarot, sejauh ini Kopelindo baru bermain di infrastruktur bangunan seperti hunian bertingkat (residence).

"Kita juga ingin mereka membangun itu (infrastruktur pangan) untuk dimanfaatkan Bulog secara komersial. Sehingga Bulog tertolong, dan mereka (Kopelindo) juga mendapatkan margin," ujar mantan direktur BRI itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Punya KPR BCA? Ini Cara Cek Angsurannya Lewat myBCA

Punya KPR BCA? Ini Cara Cek Angsurannya Lewat myBCA

Work Smart
APRIL Group Terjun ke Bisnis Kemasan Berkelanjutan, Salah Satu Investasi Terbesar di Sumatra dalam Satu Dekade

APRIL Group Terjun ke Bisnis Kemasan Berkelanjutan, Salah Satu Investasi Terbesar di Sumatra dalam Satu Dekade

BrandzView
Siap-siap, BSI Bakal Tebar Dividen Rp 855,56 Miliar

Siap-siap, BSI Bakal Tebar Dividen Rp 855,56 Miliar

Whats New
Kalbe Farma Umumkan Dividen dan Rencana 'Buyback' Saham

Kalbe Farma Umumkan Dividen dan Rencana "Buyback" Saham

Whats New
Pos Indonesia Ubah Aset Gedung Jadi Creative Hub E-sport

Pos Indonesia Ubah Aset Gedung Jadi Creative Hub E-sport

Whats New
IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

Whats New
Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Whats New
Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com