Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Inco Harper
Dosen Universitas Multimedia Nusantara

Dosen & Koordinator Konsentrasi Public Relations Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Pernah menjadi praktisi periklanan. Pencinta audiophile dan film-film hi-definition.

Menyapa Pelanggan di Bulan Suci

Kompas.com - 07/06/2016, 13:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Ramadhan sebagai Bulan Suci Umat Muslim menjadi salah satu momentum penting dalam aktivitas komunikasi pemasaran. Berbagai macam kebutuhan rumah tangga meningkat pada bulan itu, bahkan sampai satu atau dua pekan setelah Idul Fitri.

Momentum itu digunakan oleh perusahaan untuk menyapa para pelanggannya melalui berbagai kanal komunikasi pemasaran.

Biasanya, satu bulan sebelum Ramadhan sudah muncul berbagai macam iklan televisi produk-produk yang berhubungan dengan kebutuhan Ramadhan. Bahkan ada guyonan seperti ini: “Jika sudah muncul iklan sirup dan Deddy Mizwar di televisi, berarti Ramadhan akan segera datang…”

Aktivitas Public Relations (PR) juga banyak muncul di bulan ini. Berbagai liputan tentang produk seperti restoran, makanan, tempat wisata rohani dan juga tokoh yang berhubungan dengan Ramadhan akan banyak dimunculkan.

Dalam bulan ini, banyak juga special event yang dilakukan pusat perbelanjaan. Berbagai hiasan dan musik merujuk dan dihubungkan dengan sesuatu yang menjadi simbol-simbol Ramadhan dan Idul Fitri.

Yang pasti banyak bermunculan adalah aktivitas sales promotion, ditandai dengan di berbagai tempat perbelanjaan mengadakan diskon, cashback dan sebagainya. Hal ini tentu bertujuan untuk menarik minat calon konsumen untuk berbelanja yang menyebabkan sesuatu yang tidak bisa dihindari: perang harga!

Sayangnya, berbagai macam aktivitas ini kemudian akan berganti wujud dengan mudah ketika Ramadhan usai tanpa ada ikatan dengan para pelanggan.

Pusat perbelanjaan akan dengan mudahnya berganti tema menjadi Hari Kemerdekaan, Natal & Tahun Baru, Valentine’s Day, Imlek dan seterusnya. Menjadi sebuah siklus tahunan merek yang harus menyesuaikan diri dengan perayaan dan selebrasi tertentu.

Strategi dan taktik komunikasi merek

Sebuah merek, biasanya mempunyai sebuah strategi komunikasi yang merujuk pada Segmentation, Targeting, Positioning (STP) mereka. Strategi tersebut menjadi payung besar berbagai aktivitas komunikasi pemasaran yang ada di dalamnya.

Strategi ini biasanya mempunyai sebuah tema tertentu dan paling tidak berlangsung dalam satu tahun kalendar kerja sebuah merek.

Payung besar dari seluruh aktivitas komunikasi pemasaran merek sering disebut dengan thematic campaign, kampanye merek yang merujuk pada satu tema tertentu dan dalam periode tertentu.

Lalu di dalamnya ada aktivitas yang merujuk pada momen-momen tertentu seperti hari raya keagamaan, hari kemerdekaan ataupun hari penting lainnya. Hal inilah yang disebut dengan tactical campaign, kampanye yang merupakan taktik dalam momen tertentu saja.

Yang tak boleh dilupakan adalah setiap tactical campaign harus dalam naungan thematic campaign. Artinya tactical campaign tidak boleh berdiri sendiri dan berbeda tone dari thematic campaign secara keseluruhan.

Sebagai contoh, thematic campaign #adaAQUA dapat diteruskan dengan berbagai macam tactical campaign, bahkan dapat nyambung ke film AADC? 2.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com