Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Murniati Mukhlisin
Praktisi Ekonomi Syariah

Pakar Ekonomi dan Bisnis Digital Syariah/Pendiri Sakinah Finance dan Sobat Syariah/Dosen Institut Tazkia

Bisnis Warteg: Bukan Dirazia tapi Dikelola

Kompas.com - 13/06/2016, 18:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Berita tentang bisnis warteg Bu Eni yang dirazia menuai simpati. Dalam dua hari terkumpul Rp 265 juta sumbangan dalam bentuk uang untuk membantu kelanjutan bisnisnya. Terlepas dari yang bersikap pro dan kontra, bagaimana kalau kita berlomba-lomba mengusulkan perbaikan?

War-Teg (baca: Warung Tegal)

Bisnis keluarga seperti ini luar biasa, dibuat semurah mungkin, mudah diakses terutama oleh kalangan mahasiswa, bisa memberi hutang bayar di akhir bulan, dan di kebanyakan tempat nampak bersih dan mengebul.

Penjualnya berpakaian sederhana tidak ada seragam khusus, kebanyakan orang daerah dengan logat khas kota Tegal.

Kabarnya para pebisnis warteg ini punya rumah mewah di kampung asalnya seperti di Sidapurna dan Sidakaton. Apapun, ini bukan urusan kita, itulah hasil kerja keras mereka selama ini.

Menyerupai bisnis musiman, bisnis warteg juga ada waktunya harus libur. Namun di benak pebisnis biasanya tertanam prinsip -prinsip seperti ini: Ehm…bukannya bisnis itu tidak boleh berhenti?

Jadilah pebisnis yang mampu menangkap peluang kapan saja, pelanggan yang tidak wajib puasa atau tidak puasa tetap harus dilayani, dan banyak lagi prinsip lainnya.

Biasanya prinsip-prinsip ini dianggap “wajib dilakoni” oleh para pemula atau pebisnis yang sedang mencari tambahan penghasilan untuk mengatasi masalah keuangan keluarganya.

Ternyata bukan hanya di bulan Ramadhan bisnis makanan kurang pembeli di waktu siang hari. Bagaimana ketika hari Lebaran tiba? Kebanyakan orang cenderung ingin makan ketupat dan kue dibanding makanan warteg.

Nasib pedagang warteg dialami juga oleh pedagang makanan lainnya seperti kue lebaran yang hanya laku di bulan Ramadhan dan Syawal, pedagang baju sekolah yang hanya laku keras di bulan Juni dan Juli.

Selaku anggota keluarga yang aktif dalam bisnis dagang makanan yang terkenal dengan “Pempek Fo Tjoe”, “Kopi Cap Ayam Jago” dan toko klontongan “Belinyu” di kota Baturaja, Sumatera Selatan, penulis menghadapi langsung bagaimana arus naik turunnya bisnis-bisnis ini.

Di negara empat musim, masalah bisnis musiman juga sangat terasa, misalnya pedagang es krim yang hanya laku sekitar 4 bulan dalam setahun yaitu hanya di musim panas.

Belum lagi peputaran penjualan baju musim panas, gugur, dingin dan semi yang silih berganti model dan level kenyamanan.

Tentunya, untuk tetap eksis, bisnis musiman di atas memerlukan pengelolaan yang cermat dan bijak.

Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang menjadi uswatun hasanah kita selaku umat Islam ini ternyata terkenal sebagai pedagang yang ahli.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com