JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mendorong transaksi dengan sistem non-tunai.
Lalu, bagaimana prospek permintaan uang kertas yang dicetak oleh Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri)?
Direktur Utama Peruri Prasetio menyatakan, perkembangan transaksi non-tunai tidak akan mudah menggantikan penggunaan uang fisik.
Hal ini, kata Prasetio, dapat dibuktikan dengan permintaan produksi uang fisik oleh BI masih stabil.
Prasetio menuturkan, rata-rata permintaan percetakan uang kertas kepada Peruri oleh BI mencapai 9,5 miliar bilyet setiap tahun.
Adapun permintaan produksi uang logam mencapai 2,1 miliar keping per tahun.
"Saya rasa kebutuhan akan uang yang diedarkan BI masih tumbuh," kata Prasetio di kantornya, Senin (13/6/2016).
Prasetio beranggapan, setidaknya permintaan uang kertas dan uang logam di dalam negeri masih akan stabil hingga 5 tahun mendatang.
Alasannya, uang fisik masih diandalkan masyarakat dalam bertransaksi sehari-hari.
"Sampai 5 tahun ke depan, kebutuhan masih stabil. Walaupun harus siap, kita harus memahami bisnis digital," ujar Prasetio.
Prasetio menyatakan, Peruri pun tetap mengikuti perkembangan dunia digital.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan membentuk anak usaha yang bergerak di sektor digital security.
"Harus disiapkan, kita sudah bentuk anak perusahaan digital security, seperti di De La Rue (pabrik uang di Inggris), salah satu percetakan terbesar. Dia sudah mulai ke government solution, sudah masuk mobile bussiness mobile payment. Saya persiapkan ke sana," tutur Prasetio.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.