Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balitbang Pertanian Bikin Sendiri Mesin Panen Multi-Komoditas

Kompas.com - 23/06/2016, 19:57 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


BANTEN, KOMPAS.com
- Tiga alat untuk pertanian telah dibuat staf pertanian khusus Badan Litbang Kementerian Pertanian. Ketiga alat itu adalah mesin panen multi-komoditas, mesin olah tanah amfibi, serta mesin penanam jagung dan kedelai.

"Tahun lalu kami pesan alat panen untuk jagung, ternyata tahun ini sudah selesai, " ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, saat memperkenalkan ketiga alat tersebut di Balai Besar Pengembangan Mekanisme  Pertanian di Serpong, Tangerang, Banten, Kamis (23/6/2016).

Mesin panen multi-komoditas buatan anak negeri ini dapat digunakan untuk memanen jagung dan padi. Memakai mesin ini, lahan panen seluas satu hektar bisa diselesaikan dalam waktu 3 jam. Hasil panen akan langsung bisa dikemas dalam karung.

Adapun mesin pengolah tanah amfibi adalah mesin bajak rotari yang dapat digunakan baik pada tanah tergenang air maupun kering. Selain mengolah tanah, mesin ini juga bisa mencacah sisa jerami padi, jagung, dan gulma, sekaligus mencampurnya dengan tanah untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah.

Adapun mesin penanam jagung dan kedelai mampu merampungkan penanaman jagung dan kedelai dalam waktu 8 jam per hektar. Kelebihannya, mesin ini bisa dipakai di lahan kering, baik permukaannya rata maupun bergelombang.

Menurut Amran, kehadiran ketiga alat itu akan menguntungkan petani, terutama untuk menekan biaya produksi, baik tanam maupun panen. Penghematan, sebut dia, datang dari waktu kerja yang terpangkas.


"Petani yang biasanya mengeluarkan biaya panen Rp 3 juta per hektar, dengan alat ini hanya Rp 1 juta bahkan bisa Rp 800.000 per hektar," ungkap Amran.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Astu Gunadi, mengatakan, petani tak perlu lagi menunggu berhari-hari untuk bisa kembali menanam setelah musim panen, baik untuk padi maupun jagung.

"Dengan ketiga mesin ini, petani tak perlu menunggu lagi. Begitu panen, tanah langsung digemburkan dan bisa langsung tanam dengan mesin tanam," kata Astu.

Tak hanya itu, penggunaan ketiga alat ini juga mampu mengurangi kerugian petani akibat hasil panen yang rusak atau losis.

"Penggunaan alat ini juga dapat mengurangi losis panen jadi 1,5 persen dari sebelumnya yang mencapai sekitar 5 persen," imbih Astu.

Bantuan untuk petani

Selain mengapresiasi, Amran berjanji akan membeli alat prototipe pertanian itu.

"Pemerintah akan membeli alat ini, kemudian diberikan ke petani secara gratis. Secara bertahap mungkin 500 unit sampai 1.000 unit pada tahun ini," ujar Amran.

Amran juga meminta tim di Balai Besar Pengembangan Mekanisme Pertanian untuk terus membuat inovasi. Amran minta tahun depan sudah ada satu alat khusus yang bisa memanen, mengolah tanah, serta menanam padi dan jagung.

"Kami pesan berikutnya gabungan antara mesin panen, alat olah tanah, dan tanam menjadi satu. Jadi, panen langsung tanam (lagi), sehingga tanah optimal, air juga optimal," kata Amran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com