Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Dirut Bulog: Bulog Harusnya Bukan Jadi Importir Daging

Kompas.com - 12/07/2016, 19:56 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Melihat persoalan pangan baik itu distribusi pasokan, fluktuasi harga komoditas dan juga kebijakan impor yang terus berjalan.

Mantan Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso menilai seharusnya pemerintah mengoptimalkan peran Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai penyeimbang dan menjaga stabilisasi.

"Negara sebesar indonesia, dengan berbagai persoalannya termasuk prouksi yg nggak merata sepanjang tahun, harusnya ada instrumen yang kuat menjaga stabilisasi. Stok harus merata di mana saja, instrumen ini yang melakukan siapa? Kalau mengandalkan swasta, nggak mungkin, pemerintah itu ya Bulog," ujarnya di Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (12/7/2016).

"Jadi peran Bulog jauh dari pada impor, Bulog jadi pelaksana pemerintah dalam menjaga stabilitas," tutur Sutarto.

Sementara itu, Sutarto menambahkan terkait keputusan pemerintah mengimpor daging kerbau asal India sebanyak 10.000 ton, memang bukan keinginan Bulog tapi instrumen pemerintah.

"Jangan lihat bulognya. Ini kan instrumen pemerintah," papar Sutarto.

Sutarto menilao bila Bulog ditugaskan menjadi penyeimbang nantinya stok di Bulog mesti diperbanyak (impor). Pasalnya, pemasok daging saat ini kan pemainnya tidak banyak.

"Ini bukan monopoli. Pada persentase tertentu ada peluang juga untuk masyarakat lain yang bisa memasok daging. Bulog itu hanya penyeimbang, yang tujuannya bukan untuk memonopoli," pungkasnya.

Kompas TV Ketua KEIN: Kuota Impor Diubah ke Sistem Tarif

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com