Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Karet di Bangka Belitung Anjlok, Diduga Karena Salah Pengolahan

Kompas.com - 24/07/2016, 11:36 WIB
Heru Dahnur

Penulis

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengidentifikasi adanya kesalahan dalam proses pengolahan karet mentah di tingkat petani, sehingga harga jual anjlok di pasaran.

“Kebanyakan petani menggunakan tawas untuk pemutihan yang ternyata mempengaruhi kualitas karet. Seharusnya menggunakan asam semut, ini sesuai anjuran dari kementerian,” kata Gubernur Bangka Belitung, Rustam Efendi, kepada Kompas.com, Minggu (24/7/2016).

Harga jual karet di tingkat petani Bangka Belitung, berkisar Rp 5.000 sampai Rp 6.000 per kilogram. Harga tersebut dinilai rendah, jika dibandingkan dengan harga yang berlaku di provinsi lain, mencapai Rp 9.000 sampai Rp 11.000 per kilogram.

“Kami sudah meminta petani untuk menjaga kualitas karet dengan menggunakan bahan-bahan yang dianjurkan pemerintah. Jangan sampai karet daerah ini dicap tidak baik, karena pengolahannya asal-asalan. Petani sendiri yang akan rugi,” jelas Rustam Efendi.

Berdasar penelusuran Kompas.com, asam semut dengan nama lain asam formiat atau asam metanoat mempunyai rumus kimia HCOOH. Zat kimia ini dinilai bagus digunakan untuk penggumpalan gabungan karet yang baru disadap dari batang.

Ketua DPRD Bangka Belitung, Didit Srigusjaya, membenarkan banyaknya keluhan petani karet, terkait anjloknya harga di pasaran. Menurut Didit, pemerintah daerah perlu menggelontorkan anggaran untuk subsidi harga.

“Harapan kami ada program penyangga komoditas karet. Kalau harganya anjlok di pasaran, ditampung dulu oleh pemda. Supaya petani karet tetap bisa bergerak memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Apalagi kondisi saat ini semua kebutuhan hidup semakin mahal,” papar Didit.

Menurut Didit, pemerintah daerah perlu hadir mengurusi persoalan karet karena 60 persen petani di Bangka Belitung adalah petani karet.

Kompas TV Gudang Pabrik Karet Terbakar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com